Televisi mungkin kehilangan pamor di kalangan generasi muda, terutama untuk berita. Namun, program "Meet Nite Live" di Metro TV hadir sebagai angin segar. Gaya satirnya yang jenaka menarik perhatian, meskipun memicu reaksi beragam dari organisasi masyarakat dan pakar komunikasi.
Metro TV seolah berani mendobrak tradisi dengan gaya pemberitaan baru: komunikasi satir berbalut komedi. "Meet Nite Live," yang tayang setiap Selasa dan Kamis malam, menampilkan Valentinus Resa sebagai pembawa acara utama.
Program ini memadukan wawancara langsung dan liputan lapangan untuk menyajikan informasi yang terpercaya. Isu-isu terkini dan tren perilaku masyarakat dibahas secara tajam, namun tetap menghibur.
Namun, gaya penyajian "Meet Nite Live" tidak disukai semua orang. Organisasi masyarakat tertentu bahkan melayangkan somasi kepada Valentinus Resa. Sebaliknya, politisi dari Partai Nasdem siap membela Resa, mengingat keterkaitan antara pemilik Metro TV dengan partai tersebut.
Rating Tinggi dan Respon Positif Generasi Muda
Berbeda dengan kritik, "Meet Nite Live" justru meraih rating tertinggi sejak pertama kali mengudara. Pendekatan yang segar, ringan, tajam, dan jenaka berhasil menarik perhatian generasi muda. Nama Valentinus Resa pun menjadi viral di media sosial.
Akhmad Hanif (27), yang biasanya lebih memilih berita dari potongan video pendek di media sosial, merasa lebih nyaman menonton "Meet Nite Live." Ia mengaku bosan dengan penyampaian berita yang terlalu serius dan tegang.
"Minimal dengan berita yang satir tapi agak-agak guyon, aku jadi nggak stress. Suka dengan cara penyampaiannya, agak lain tapi menukik," ujarnya.
Adaptasi dengan Budaya Konsumsi Digital
Hanif heran mengapa ada ormas yang mempermasalahkan program ini, padahal berita yang disajikan faktual dan disukai anak muda. Ia berharap program ini tetap terverifikasi dan tidak ditunggangi kepentingan politik.
Ikhfanny Alfi (23) menilai inovasi gaya penyampaian berita Metro TV sebagai angin segar dalam budaya konsumsi digital. "Bukan pelanggaran substansi maupun kode etik jurnalistik," tegasnya.
Menurutnya, Metro TV berhasil beradaptasi dengan perkembangan zaman. Di era informasi digital, audiens lebih tertarik dengan penyampaian berita yang ringan, ekspresif, faktual, dan berbasis data.
Satire dalam Jurnalisme
Mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya, Eben Haezer Panca, menekankan bahwa pelanggaran etik harus dilihat dari konten berita. Somasi terhadap presenter tidak bisa dilakukan, karena tanggung jawab sepenuhnya ada pada perusahaan media. Pihak yang keberatan dapat mengadu ke Dewan Pers.
Eben juga mengingatkan bahwa jurnalisme satir bukanlah hal baru. "Untuk menyampaikan kebenaran, Anda perlu membuat orang tertawa. Jika tidak, mereka akan ingin membunuh Anda," katanya mengutip seorang penulis abad ke-19.