Pergeseran Kekuatan Ekonomi Global: Dominasi BRICS di Masa Depan?

Dalam lima dekade mendatang, lanskap ekonomi global diperkirakan akan mengalami perubahan signifikan. Proyeksi menunjukkan bahwa negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) akan melampaui Amerika Serikat (AS) sebagai kekuatan ekonomi kolektif terbesar dunia pada tahun 2075.

Pergeseran ini menandakan bahwa pusat gravitasi ekonomi global tidak lagi sepenuhnya berada di tangan negara-negara Barat. Hal ini berpotensi membentuk kembali dinamika geopolitik dan hubungan internasional secara mendasar.

Meskipun pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan melambat akibat tantangan demografis, aliansi BRICS secara keseluruhan diyakini akan mampu memanfaatkan kekuatan strategis mereka untuk mendorong pertumbuhan. Kekuatan BRICS tidak hanya didasarkan pada kekuatan ekonomi individu, tetapi juga pada sinergi di antara negara-negara anggotanya dalam hal manufaktur, sumber daya alam, dan pasar yang luas.

Sebaliknya, Jepang diperkirakan akan mengalami penurunan signifikan dalam hierarki ekonomi global. Dari peringkat keempat pada tahun 2024, Jepang diprediksi akan merosot ke posisi ke-11 pada tahun 2075. Penurunan ini mencerminkan tantangan demografis yang dihadapi Jepang, dengan tingkat kelahiran yang rendah dan populasi yang menua. Akibatnya, PDB per kapita Jepang juga diproyeksikan akan menurun secara signifikan.

Negara-negara BRICS sedang mengembangkan strategi yang sulit ditiru oleh kekuatan ekonomi tradisional. Mereka menguasai sebagian besar pasar komoditas global, terutama dalam produksi dan distribusi minyak, memberi mereka pengaruh signifikan dalam rantai pasokan global.

Melalui New Development Bank, BRICS juga menyediakan jalur pendanaan alternatif bagi negara-negara berkembang, mengurangi ketergantungan pada lembaga keuangan Barat. Dedolarisasi, atau upaya mengurangi ketergantungan pada dolar AS, menjadi agenda penting bagi BRICS.

Perbedaan demografi menjadi faktor penting dalam perubahan peta ekonomi global. Negara-negara seperti India dan Indonesia diproyeksikan akan mendapat manfaat dari populasi muda yang besar dan produktif, berbeda dengan negara-negara maju yang mengalami penuaan populasi.

Kecerdasan buatan (AI) dan teknologi juga akan memiliki dampak yang lebih besar di negara-negara dengan populasi muda, memungkinkan percepatan inovasi dan peningkatan produktivitas. Hal ini semakin memperkuat potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang di kawasan BRICS.

Meskipun AS masih unggul dalam teknologi dan sistem keuangan global, kekuatan gabungan BRICS dan negara berkembang lainnya telah mendorong terbentuknya dunia multipolar. Dominasi ekonomi Barat, yang selama ini mendominasi perdagangan dan kebijakan internasional, kini mulai tergeser.

Dedolarisasi dan diversifikasi kekuatan ekonomi diperkirakan akan mengubah lanskap perdagangan global. Dunia tidak lagi bergantung pada satu kekuatan dominan, melainkan bergerak menuju keseimbangan baru yang lebih luas dan inklusif.

Scroll to Top