Presiden Trump mengumumkan bahwa tiga lokasi nuklir utama Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Esfahan, telah "hancur total" akibat serangan yang diklaim sebagai hasil kerja sama AS dan Israel. Pengumuman ini disampaikan setelah Israel melancarkan serangan pada 13 Juni dengan alasan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Serangan ini memicu pertanyaan tentang jenis amunisi yang digunakan. Analis menyebut bahwa hanya AS yang memiliki bom "penghancur bunker" seberat 30.000 pon dan pesawat pembom siluman B-2 yang mampu menjangkau fasilitas Iran yang dijaga ketat.
Berikut 6 fakta penting mengenai GBU-57, bom penghancur bunker yang disebut-sebut digunakan dalam serangan tersebut:
1. Definisi "Penghancur Bunker"
"Penghancur bunker" adalah istilah umum untuk bom yang dirancang menembus jauh di bawah permukaan sebelum meledak. Efektivitas bom ini bukan hanya bergantung pada jumlah bahan peledak, tetapi terutama pada casing baja yang diperkeras yang memungkinkannya menembus tanah.
2. Bom Non-Nuklir Terberat dan Terkuat
GBU-57 MOP (Massive Ordnance Penetrator) adalah salah satu bom non-nuklir terberat dan terkuat dalam persenjataan AS, dengan berat 30.000 pon dan panjang 20 kaki. Meskipun belum pernah digunakan dalam pertempuran sebelumnya, bom ini dirancang khusus untuk menargetkan fasilitas nuklir seperti Fordow.
3. Dirancang untuk Menghancurkan Fasilitas Nuklir Iran
GBU-57 dikembangkan dengan mempertimbangkan target seperti fasilitas nuklir Iran yang berada di bawah tanah atau di dalam gunung. Kemampuan penetrasinya yang dalam menjadi kunci untuk menghancurkan target-target tersebut.
4. Hanya Bisa Dijatuhkan dari Pesawat B-2
Karena ukurannya yang besar, GBU-57 hanya dapat dijatuhkan dari pesawat pengebom siluman B-2, yang eksklusif dimiliki oleh AS. Hal ini mengindikasikan bahwa Israel tidak dapat melakukan serangan ini tanpa bantuan langsung dari AS.
5. Dampak pada Program Nuklir Iran
Para ahli sepakat bahwa GBU-57 dapat menyebabkan kerusakan serius pada fasilitas seperti Fordow. Meski demikian, masih diperdebatkan apakah serangan ini cukup untuk menghentikan program nuklir Iran sepenuhnya. Beberapa perkiraan menyebutkan bahwa serangan ini mungkin hanya akan menunda program tersebut selama satu atau dua tahun.
6. Risiko Bahaya Radioaktif
Serangan terhadap fasilitas nuklir seperti Fordow berpotensi melepaskan bahan radioaktif ke lingkungan sekitar, membahayakan warga sipil. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah menyatakan keprihatinannya atas serangan terhadap fasilitas nuklir, menekankan perlunya menahan diri secara maksimal untuk menghindari konsekuensi yang lebih luas.