Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan mengalami tekanan signifikan pada perdagangan hari Senin, 23 Juni 2025. Eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah menjadi pemicu utama kekhawatiran pasar.
Sejumlah analis memprediksi Rupiah berpotensi melemah ke kisaran Rp16.500 hingga Rp16.800 per Dolar AS pada hari Senin.
Konflik Timur Tengah Memanas
Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah serangan langsung AS ke fasilitas nuklir Iran pada Sabtu, 21 Juni 2025. Aksi yang diumumkan langsung oleh Presiden AS tersebut memperdalam keterlibatan Amerika dalam konflik regional.
Pelaku pasar khawatir eskalasi ini akan mengganggu stabilitas ekonomi global, mendorong modal keluar dari negara berkembang, dan meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven seperti Dolar AS, emas, dan obligasi negara maju.
Prospek Rupiah di Awal Pekan
Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail Zaini, menyoroti bahwa peningkatan eskalasi konflik berpotensi memicu lonjakan harga minyak dunia, yang akan menambah tekanan bagi negara-negara pengimpor minyak seperti Indonesia. Ia memperkirakan Rupiah akan melemah dan berpotensi menyentuh level Rp16.800 per Dolar AS dalam waktu dekat.
Senada dengan itu, Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menekankan bahwa pasar akan lebih berhati-hati dalam merespons situasi ini. Menurutnya, eskalasi konflik akan meningkatkan volatilitas di pasar saham, mata uang, dan komoditas. Blokade Selat Hormuz oleh Iran sebagai balasan terhadap AS dapat memicu gangguan pasokan energi global.
Selain faktor geopolitik, Nafan juga mengingatkan tentang rilis data Personal Consumption Expenditure (PCE) AS pekan ini. Kenaikan data PCE dapat memperkuat Dolar AS dan menekan Rupiah lebih lanjut.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan Rupiah akan bergerak dalam tekanan pelemahan di kisaran Rp16.350-Rp16.500 per Dolar AS pada perdagangan Senin.
Josua menekankan bahwa Rupiah menghadapi tekanan pelemahan yang signifikan akibat kombinasi dampak fiskal, inflasi impor yang meningkat, serta sentimen risiko global yang negatif. Pemerintah Indonesia perlu menyiapkan langkah antisipasi, seperti memperkuat cadangan devisa melalui kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang lebih efektif, intervensi pasar oleh Bank Indonesia, serta mitigasi fiskal untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Penguatan Dolar AS
Sejak dimulainya operasi militer Israel terhadap Iran pada Jumat, 13 Juni 2025, Indeks Dolar AS (DXY) menguat dari level 98,18 menjadi 98,70 hingga penutupan Jumat, 20 Juni 2025. Kenaikan DXY ini menjadi sinyal tekanan tambahan bagi Rupiah.
Rekam Jejak Rupiah Saat Konflik
Data historis menunjukkan bahwa Rupiah cenderung melemah saat terjadi konflik global.
- Perang Rusia-Ukraina (Februari 2022): Rupiah melemah 0,03% seminggu setelah perang pecah. Sepanjang tahun 2022, Rupiah melemah hingga 9,18% sejak awal perang.
- Perang Hamas-Israel (Oktober 2023): Rupiah melemah 0,48% seminggu setelah perang pecah. Sejak awal perang, Rupiah melemah 2,11%.
- Konflik Israel vs Iran (Juni 2025): Rupiah langsung ambles 0,95% pada hari pertama konflik. Sejak perang meletus hingga Jumat pekan lalu, Rupiah telah jatuh 0,92%.