Upaya menekan angka kanker serviks terus digalakkan. Kementerian Kesehatan, Jhpiego, Biofarma, dan Roche berkolaborasi menjalankan proyek percontohan skrining HPV DNA di Surabaya. Inovasi ini memungkinkan perempuan melakukan pengambilan sampel secara mandiri, sebagai solusi atas rendahnya cakupan skrining yang baru mencapai 7% pada tahun 2023.
Proyek ini menargetkan 5.500 perempuan di Surabaya dan 923 perempuan di Sidoarjo, dengan total target 6.423 peserta. Metode pengambilan sampel mandiri diharapkan memudahkan akses bagi perempuan, terutama di daerah dengan keterbatasan layanan kesehatan. Sampel yang diambil sendiri bisa dikirim ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut.
"Pengambilan sampel mandiri adalah solusi bagus bagi tenaga kesehatan terutama di daerah yang sulit mendapatkan layanan kesehatan atau fasilitas lab terbatas," ujar perwakilan Jhpiego Indonesia.
Di Surabaya, pemeriksaan sampel dilakukan otomatis dengan mesin Cobas 5800 di Laboratorium Kesehatan Daerah. Sementara di Sidoarjo, sampel diproses manual di laboratorium Mojokerto.
Selain metode baru, proyek ini melibatkan kader kesehatan untuk mengkomunikasikan hasil skrining dan memberikan informasi tentang tindak lanjut, seperti ablasi termal atau rujukan ke rumah sakit.
Proyek yang berlangsung hingga Desember 2025 ini diharapkan memberikan masukan bagi pemerintah pusat dalam merumuskan strategi skrining kanker serviks yang efektif, baik di perkotaan maupun pedesaan.
"Kanker serviks 100 persen bisa dicegah. Skrining sejak dini memungkinkan deteksi dan penanganan lesi prakanker, sehingga mencegah perkembangan menjadi kanker serviks," tegasnya.