Di tengah ketidakpastian global akibat konflik Iran-Israel, Pasar Modal Indonesia menunjukkan resiliensinya. Hingga 20 Juni 2025, sebanyak 14 perusahaan telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Initial Public Offering (IPO), mengumpulkan dana segar sebesar Rp7,01 triliun.
Antusiasme perusahaan untuk go public tampaknya belum surut. BEI mencatat, saat ini terdapat 14 perusahaan lain yang sedang dalam antrian (pipeline) untuk melakukan IPO.
Perusahaan-perusahaan yang berminat melantai ini berasal dari berbagai skala aset. Satu perusahaan tergolong skala kecil (aset di bawah Rp50 miliar), lima perusahaan skala menengah (aset Rp50 miliar – Rp250 miliar), dan delapan perusahaan skala besar (aset di atas Rp250 miliar).
Dari segi sektor, industri keuangan (financials) serta transportasi dan logistik (transportation & logistics) mendominasi daftar tunggu IPO dengan kontribusi masing-masing sebesar 21,4%. Sektor bahan baku (basic materials), barang konsumsi non-siklikal (consumer non-cyclicals), dan kesehatan (healthcare) menyusul dengan kontribusi masing-masing 14,3%. Sektor barang konsumsi siklikal (consumer cyclicals) dan energi (energy) masing-masing berkontribusi 7,1%.
Secara rinci, terdapat 2 perusahaan dari sektor bahan baku, 1 dari sektor barang konsumsi siklikal, 2 dari sektor barang konsumsi non-siklikal, 1 dari sektor energi, 3 dari sektor keuangan, 2 dari sektor kesehatan, dan 3 dari sektor transportasi & logistik yang tengah mengantri untuk IPO.
Menariknya, hingga saat ini belum ada perusahaan dari sektor industrials, infrastructures, properties & real estate, maupun technology yang masuk dalam daftar pipeline IPO tersebut.