Eskalasi Konflik Iran-Israel: AS Terlibat, Dunia Menanti Balasan Tehran

Konflik antara Iran dan Israel memasuki babak baru yang berbahaya setelah Amerika Serikat (AS) melakukan intervensi langsung. AS menyerang beberapa situs nuklir penting Iran, termasuk Fordow, Isfahan, dan Natanz. Langkah ini menandai aksi militer terbesar negara Barat terhadap Iran sejak revolusi 1979. Dunia kini bersiap menghadapi kemungkinan respons dari Teheran.

Meskipun Iran belum secara resmi membalas serangan tersebut, Menteri Luar Negeri Iran menegaskan bahwa negaranya akan mempertimbangkan semua opsi pembalasan. Ia juga menekankan bahwa jalur diplomasi tertutup sampai Iran melakukan pembalasan.

Analis geopolitik dan keamanan menyoroti tiga opsi utama yang mungkin diambil Iran sebagai balasan:

  • Menyerang Aset AS: Iran dapat menargetkan aset militer atau kepentingan AS di wilayah tersebut.
  • Menutup Selat Hormuz: Tindakan ini akan berdampak besar pada perdagangan minyak global, mengingat Selat Hormuz merupakan jalur vital untuk pengiriman minyak.
  • Menyerang Fasilitas Energi di Teluk: Iran dapat menargetkan fasilitas energi di negara-negara Teluk, yang juga menjadi lokasi pangkalan militer AS.

Jika Iran menyerang pangkalan AS di negara lain, kemungkinan besar AS akan membalas, sehingga meningkatkan risiko perang yang lebih luas. Negara-negara yang menjadi tuan rumah pangkalan AS juga dapat menganggap serangan tersebut sebagai serangan terhadap kedaulatan mereka.

Penutupan Selat Hormuz akan memiliki konsekuensi ekonomi global yang signifikan, memengaruhi semua negara karena hampir seperlima minyak dunia melewati jalur tersebut. AS telah memperingatkan bahwa penutupan Selat Hormuz akan dianggap sebagai eskalasi besar yang membutuhkan respons tegas dari AS dan negara-negara lain. Bahkan, AS meminta China, sebagai importir utama minyak Iran, untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Teheran.

Sejak dimulainya kampanye militer Israel terhadap Iran pada 13 Juni, muncul wacana di kalangan pejabat Iran tentang kemungkinan penarikan diri dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Langkah ini akan mengindikasikan tekad Iran untuk mempercepat program pengayaan nuklirnya. Namun, para ahli meyakini bahwa tindakan tersebut akan menjadi eskalasi yang sangat signifikan dan kemungkinan besar akan memicu respons keras dari AS.

Scroll to Top