Rupiah Tertekan: Konflik Timur Tengah dan Kebijakan The Fed Jadi Pemicu

Nilai tukar mata uang Asia, termasuk Rupiah, mengalami tekanan terhadap Dolar AS pada hari ini, Senin (23/6/2025). Sentimen negatif ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama setelah keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam konflik antara Israel dan Iran melalui serangan ke fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025).

Hampir seluruh mata uang Asia terpantau melemah pada pukul 10:05 WIB, dengan pengecualian Rial Qatar dan Rupee India yang justru menunjukkan penguatan. Baht Thailand dan Won Korea Selatan mencatat penurunan paling signifikan, masing-masing sebesar 0,67%.

Eskalasi konflik global menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas ekonomi dunia, mendorong investor untuk menarik modal dari pasar negara berkembang dan beralih ke aset yang dianggap lebih aman (safe haven), seperti emas dan Dolar AS.

Selain ketegangan geopolitik, keputusan terbaru The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada kisaran 4,25%-4,50% turut memperkuat posisi Dolar AS.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Juni 2025 juga memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 5,50%, serta suku bunga Deposit Facility pada 4,75% dan suku bunga Lending Facility di 6,25%.

Scroll to Top