Dinas Kesehatan Jawa Timur (Dinkes Jatim) menyatakan bahwa proyek percontohan skrining kanker leher rahim berbasis HPV DNA, yang menerapkan model hub-and-spoke dan metode pengambilan sampel mandiri di Surabaya dan Sidoarjo, berpotensi memperkuat empat pilar utama pencegahan kanker serviks.
Keempat upaya tersebut meliputi:
- Promosi kesehatan: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker serviks.
- Deteksi dini: Menemukan lesi prakanker sejak awal.
- Perlindungan khusus: Melalui vaksinasi HPV.
- Tata laksana: Penanganan sesuai standar medis.
PCR yang digunakan dalam skrining HPV DNA memiliki tingkat sensitivitas tinggi, di atas 90 persen, sehingga memudahkan identifikasi lesi prakanker. Metode pengambilan sampel mandiri untuk tes HPV DNA mengatasi kendala seperti rasa malu dan ketidaknyamanan pasien, serta memungkinkan daerah dengan akses layanan kesehatan terbatas untuk tetap mengikuti skrining.
Meskipun demikian, tantangan masih ada, termasuk kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan kanker serviks, kapabilitas tenaga kesehatan, serta ketersediaan sarana dan prasarana.
Proyek percontohan di Surabaya dan Sidoarjo menargetkan 5.500 dan 923 peserta, masing-masing mewakili demografi perkotaan dan pedesaan. Diharapkan, pada Desember 2025, proyek ini akan memberikan gambaran komprehensif mengenai pendekatan skrining yang efektif, mulai dari edukasi hingga tata laksana, untuk diterapkan secara nasional.
Roche Indonesia mendukung proyek ini melalui penyediaan alat-alat, seperti kit pengambilan sampel mandiri dan mesin pembaca sampel otomatis, serta berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan keberlanjutan dan replikasi proyek.
Hingga 13 Juni, sekitar 45 persen warga Surabaya yang ditargetkan telah menjalani tes HPV DNA. Sekitar 95 persen sampel telah dianalisis, dengan tingkat positif 4,6 persen. Sebanyak 26,9 persen pasien terdeteksi positif HPV, dan 26,2 persen telah menjalani ablasi termal, sementara sisanya dijadwalkan untuk tindak lanjut.