Washington D.C. – Situasi di Timur Tengah semakin memanas setelah militer Amerika Serikat (AS), atas perintah Presiden Trump, membombardir tiga fasilitas nuklir Iran. Dampak dari serangan ini memicu kekhawatiran global, khususnya terkait potensi penutupan Selat Hormuz oleh Iran.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, secara terbuka meminta pemerintah China untuk berperan aktif dalam meredakan ketegangan ini. Rubio menekankan pentingnya bagi Beijing untuk membujuk Iran agar tidak mengambil langkah ekstrem dengan menutup Selat Hormuz, jalur vital bagi lalu lintas minyak dan gas dunia.
"Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi Iran terkait hal ini. Mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk pasokan minyak mereka," ujar Rubio dalam sebuah wawancara.
Rubio memperingatkan bahwa penutupan Selat Hormuz akan menjadi "kesalahan terbesar" bagi Iran dan tindakan "bunuh diri ekonomi." Ia meyakinkan bahwa AS memiliki opsi untuk mengatasi konsekuensi dari penutupan tersebut, namun mengajak negara-negara lain untuk mempertimbangkan dampak luasnya bagi perekonomian global.
"Itu akan lebih merugikan ekonomi negara lain dibandingkan dengan ekonomi kita," tegas Rubio. Ia menambahkan bahwa tindakan seperti itu akan memicu eskalasi yang signifikan dan membutuhkan respons tegas dari AS dan negara-negara lainnya.
Hingga saat ini, Kedutaan Besar China di AS belum memberikan tanggapan resmi terkait pernyataan Rubio ini.
Selat Hormuz, yang terletak di antara Oman dan Iran, merupakan jalur strategis yang menghubungkan kawasan Teluk dengan Teluk Oman dan Laut Arab. Pada titik tersempitnya, lebar selat ini hanya 33 kilometer dengan jalur pelayaran selebar 3 kilometer di kedua arah.
Menurut sumber dari AS, serangan terhadap situs nuklir Iran dilakukan dengan menggunakan 14 bom penghancur bunker dan lebih dari 2 lusin rudal Tomahawk, melibatkan lebih dari 125 pesawat militer. Serangan ini semakin memperburuk konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah.
Rubio menegaskan bahwa AS siap berunding dengan Iran, namun memperingatkan konsekuensi berat jika Iran mengambil langkah-langkah provokatif.
Keputusan final mengenai penutupan Selat Hormuz akan diambil oleh Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran setelah mendapat dukungan dari parlemen Teheran.
Iran telah lama menggunakan ancaman penutupan Selat Hormuz sebagai alat untuk menekan Barat, terutama setelah serangan AS terhadap fasilitas nuklirnya.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan penutupan Selat Hormuz, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menolak memberikan jawaban pasti dan hanya menyatakan bahwa "berbagai pilihan tersedia bagi Iran."