Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Indonesia pada hari Senin (23/6/2025) mengalami tekanan berat karena investor kembali menghindari risiko akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin sangat fluktuatif. Sempat terkoreksi lebih dari 2% di pagi hari, kemudian menyusut menjadi 1,7% pada akhir sesi I. Namun, pada pertengahan sesi II sempat turun hingga 2,24% sebelum akhirnya ditutup melemah 1,74% ke level 6.787,14.
IHSG mencatat penurunan selama empat hari berturut-turut, menandai level terendah sejak 2 Mei 2025. Sebanyak 533 saham mengalami penurunan, 128 naik, dan 140 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 12,79 triliun dengan 25,39 miliar saham diperdagangkan dalam 1,36 juta transaksi.
Kekhawatiran atas peningkatan ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi sentimen utama yang memicu penurunan tajam saham. Apalagi jika melibatkan negara-negara lain.
Sejalan dengan kehati-hatian ini, nilai tukar Rupiah juga mengalami depresiasi. Rupiah turun signifikan 0,61% dalam sehari ke posisi Rp16.480/US$, penurunan terparah dalam setahun terakhir. Posisi Rupiah kemarin menandai level terendahnya sejak 15 Mei 2025.
Pelemahan Rupiah sejalan dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) sebesar 0,27% ke level 98.97. Rupiah berpotensi terus melemah jika tekanan geopolitik terus meningkat. Dalam waktu dekat Rupiah masih memiliki kemungkinan untuk terkoreksi hingga ke level Rp16.800/US$.
Pasar obligasi juga terpantau masih dalam zona koreksi. Yield obligasi acuan RI tenor 10 tahun mengalami kenaikan 3,1 basis poin (bps) dalam sehari ke posisi 6,78%. Kenaikan yield menunjukkan harga obligasi mengalami penurunan, yang mengindikasikan investor sedang melepas obligasi.
Di sisi lain, bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street kompak menguat karena investor merasa lega setelah respons Iran terhadap serangan AS selama akhir pekan ternyata lebih terkendali dari yang diperkirakan.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,89% dan berakhir di 42.581,78. Indeks S&P 500 menguat 0,96% dan ditutup pada 6.025,17, sementara Nasdaq Composite melonjak 0,94% dan menetap di 19.630,97.
Sejumlah sentimen eksternal masih akan menjadi perhatian pelaku pasar pada perdagangan hari ini, terutama dari pidato Jerome Powell dan kongres partai China yang akan menentukan arah kebijakan ekonomi baik secara moneter maupun fiskal.
Meskipun masih banyak ketidakpastian eksternal, IHSG pada kemarin turun dengan membuka gap down. Biasanya celah ini ada potensi tertutup, memicu adanya potensi rebound jangka pendek.
Perlu diperhatikan posisi penutupan gap terdekat menjadi resistance IHSG untuk ditembus jangka pendek di posisi 6825, tetapi jika posisi ini tidak tercapai IHSG masih bisa melanjutkan koreksi mengkonfirmasi target dari double top yang terbentuk sebelumnya ke level 6694.
Beberapa agenda penting hari ini meliputi: pidato Jerome Powell, pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC Standing Committee) di Tiongkok, dan rilis data uang beredar dalam arti luas (M2) oleh Bank Indonesia.
Investor disarankan untuk tetap waspada dan mencermati perkembangan geopolitik serta kebijakan ekonomi global dan domestik untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.