Qatar dengan tegas mengutuk serangan rudal Iran yang menghantam Pangkalan Udara Al Udeid, markas militer utama Amerika Serikat yang berlokasi di negara tersebut. Meskipun demikian, Doha menekankan pentingnya respons yang rasional dan terukur terhadap pelanggaran kedaulatan ini.
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyatakan bahwa negaranya telah mempertimbangkan berbagai opsi respons terhadap serangan tersebut. Namun, Qatar memilih untuk bertindak dengan "akal sehat dan kehati-hatian." Ia menegaskan komitmen Qatar untuk mempertahankan wilayah, rakyat, dan penduduknya, seraya menunjukkan persatuan dalam menghadapi agresi ini.
Serangan Iran ke Pangkalan Al Udeid terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, yang telah berlangsung selama hampir dua minggu. Sumber diplomatik mengungkapkan bahwa Iran telah memberikan peringatan awal kepada Qatar dan Amerika Serikat sebelum meluncurkan serangan tersebut. Iran juga menyatakan bahwa serangan itu bukan ditujukan kepada Qatar sebagai negara, melainkan sebagai bagian dari aksi balasan terhadap serangan AS ke fasilitas nuklir Iran.
Namun, Qatar tetap menganggap serangan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kedaulatannya. Terlepas dari dampaknya, Qatar terus memainkan peran penting dalam upaya mediasi untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Iran, memanfaatkan jaringan diplomatiknya yang kuat di kawasan.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahkan mengapresiasi peran Qatar dalam mendorong tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran, yang diumumkan hanya beberapa jam setelah serangan ke Al Udeid. Ia menyatakan bahwa Qatar tetap memegang peran penting dalam mewujudkan perdamaian, meskipun menjadi sasaran serangan.
Langkah Qatar ini dipandang sebagai kemenangan diplomasi Doha, yang dikenal sebagai aktor penting dalam penyelesaian berbagai konflik regional, termasuk krisis Teluk, konflik Hamas-Israel, dan pembicaraan nuklir Iran.