Kisah Pilu Transplantasi Ginjal Babi: Harapan Pupus Towana Looney

Sebuah babak baru dalam dunia transplantasi organ harus menerima kenyataan pahit. Towana Looney, seorang wanita berusia 53 tahun asal Alabama, Amerika Serikat, yang sempat menjadi sorotan karena menerima transplantasi ginjal babi hasil rekayasa genetika, kini harus merelakan ginjal tersebut diangkat dari tubuhnya.

Pada November 2024, Looney menjadi salah satu dari dua pasien pertama di dunia yang menjalani uji klinis transplantasi ginjal xenogenik ini di NYU Langone Health, New York University. Ginjal babi tersebut telah dimodifikasi secara genetik untuk meminimalisir risiko penolakan oleh sistem imun tubuh manusia.

Keputusan Looney untuk menjalani prosedur ini bukan tanpa alasan. Setelah mendonorkan salah satu ginjalnya untuk sang ibu, ginjalnya yang tersisa mengalami gagal fungsi. Selama sembilan tahun, ia bergantung pada dialisis untuk bertahan hidup. Transplantasi ginjal babi ini memberinya secercah harapan baru.

Awalnya, ginjal tersebut berfungsi dengan baik berkat bantuan obat-obatan penekan sistem imun. Bahkan, Looney sempat kembali ke Alabama pada Februari 2025. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Pada akhir Maret, tim medis menemukan tanda-tanda penolakan organ oleh tubuh Looney.

Setelah mempertimbangkan berbagai opsi, Looney dan tim dokter akhirnya sepakat untuk mengangkat ginjal tersebut dan kembali menjalani dialisis. Meskipun sempat muncul opsi penggunaan obat imunosupresif lain, kerusakan pada organ diperkirakan sudah permanen.

Direktur Transplantasi NYU Langone, Dr. Robert Montgomery, menyatakan bahwa Looney telah memberikan kontribusi berharga bagi penelitian medis. "Kami belajar banyak, dan Towana baik-baik saja," ujarnya. Kisah ini menjadi pengingat bahwa perjalanan menuju transplantasi organ dari hewan ke manusia masih panjang dan penuh tantangan.

Scroll to Top