Menjelajahi Dampak Ruang Angkasa pada Kesehatan Mata Astronot: Studi Intensif NASA di ISS

Eksplorasi luar angkasa bukan sekadar tentang pencapaian teknologi, tetapi juga tentang menjaga kesehatan astronot. Mengingat tubuh manusia beradaptasi dengan gravitasi Bumi, lingkungan ekstrem luar angkasa menimbulkan tantangan tersendiri. Oleh karena itu, NASA secara konsisten memantau kondisi fisik dan mental kru yang bertugas di antariksa.

Mulai 14 April 2025, anggota Ekspedisi 72 di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memulai studi penting tentang efek tinggal di lingkungan tanpa gravitasi pada penglihatan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana penglihatan terpengaruh oleh misi jangka panjang di luar angkasa.

Penelitian ini merupakan bagian dari CIPHER, proyek riset komprehensif yang mencakup 14 studi tentang kondisi biologis manusia di luar angkasa. CIPHER tidak hanya fokus pada aspek fisik, tetapi juga menyelidiki dampak psikologis dari hidup jauh dari Bumi, di ruang terbatas, dan dengan minimnya kontak dengan alam.

"Astronot yang menuju Bulan atau Mars di masa depan akan menghadapi risiko lebih besar pada penglihatan dan struktur mata mereka karena paparan gravitasi mikro yang lebih lama," ungkap NASA.

Selain penglihatan, kru Ekspedisi 72 meneliti respons otak terhadap mikrogravitasi. Para ilmuwan ingin mengetahui perubahan struktur dan volume otak serta mata selama mereka berada di ISS. Otak dan mata dianggap sebagai pusat kendali persepsi yang rentan terhadap lingkungan yang tidak lazim.

Anne McClain, seorang insinyur penerbangan NASA, memegang peran kunci dalam eksperimen ini. Ia menguji reaksi retina astronot Jonny Kim terhadap rangsangan cahaya. Prosedur melibatkan pemberian obat tetes mata dan pemasangan elektroda untuk memantau sinyal dari aktivitas retina.

Penelitian ini merupakan observasi jangka panjang yang dirancang untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang dampak luar angkasa pada tubuh manusia.

"Para ilmuwan akan menggunakan data penelitian untuk memahami bagaimana tubuh manusia beradaptasi dengan penerbangan luar angkasa dan mengembangkan langkah-langkah pencegahan," jelas NASA.

Dengan studi ini, NASA berharap dapat membuka jalan bagi misi eksplorasi yang lebih aman. Sebelum manusia dapat menjejakkan kaki di Mars atau mendirikan koloni di Bulan, mereka harus terlebih dahulu memahami bagaimana tubuh mereka berubah di lingkungan ruang hampa yang unik.

Scroll to Top