Kisah Pilu Penjaga Jenazah Turis Brasil di Jurang Rinjani: "Ngeri-Ngeri Sedap"

Anggota tim SAR Lombok Timur, Samsul Padli, berbagi pengalaman mendebarkan saat bertugas menjaga jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang tewas terjatuh di jurang Gunung Rinjani. Demi menjaga jasad Juliana, Samsul bersama timnya terpaksa bermalam di jurang menggunakan teknik flying camp.

Pada malam nahas, Selasa (24/6), Samsul seorang diri turun ke jurang curam tempat Juliana ditemukan. Tiga rekannya berjaga di atas. Kondisi yang gelap memaksa mereka untuk berkemah darurat di kedalaman jurang yang mencapai ratusan meter.

"Karena turunnya malam, kalau naik lagi butuh waktu," ungkap Samsul, menggambarkan alasan di balik keputusan tersebut.

Malam itu, tidur nyenyak menjadi barang mewah. Samsul mengaku perasaannya campur aduk antara takut dan tegang. "Rasanya itu ngeri-ngeri sedap," tuturnya.

Samsul menjelaskan lokasi jatuhnya Juliana sangat berbahaya. Jurang terjal dengan medan berpasir dan bebatuan lepas menjadi tantangan tersendiri bagi tim SAR. Kehati-hatian ekstra diperlukan agar tidak ada batu yang menggelinding dan membahayakan proses evakuasi.

Setelah bermalam di jurang, keesokan harinya, Rabu (25/6), tim SAR memulai proses evakuasi jenazah Juliana. Proses pengangkatan dimulai pukul 08.00 WITA.

"Kami angkat dengan hati-hati, lalu memasukkan korban ke kantong jenazah," jelas Samsul.

Perjuangan tim SAR tidak sia-sia. Setelah berjam-jam berjuang, jenazah Juliana berhasil dievakuasi ke titik aman pada pukul 14.00 WITA.

Jenazah Juliana Marins tiba di Posko Gabungan Evakuasi di Kantor Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Resort Sembalun, Lombok Timur, NTB, pada pukul 20.40 WITA, Rabu (25/6).

Scroll to Top