Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran: Sukses Besar atau Sekadar Penundaan?

Serangan Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pekan lalu memunculkan perdebatan sengit. Klaim keberhasilan total dari pihak AS berlawanan dengan penilaian intelijen yang menyebutkan kerusakan tidak signifikan.

Badan Intelijen Pertahanan (DIA) Pentagon melaporkan bahwa serangan tersebut hanya menunda program nuklir Iran selama beberapa bulan. Sumber yang mengetahui laporan tersebut menyatakan bahwa komponen inti program nuklir Iran tidak hancur seperti yang diharapkan. Penilaian ini didasarkan pada analisis kerusakan setelah serangan.

Gedung Putih membantah penilaian tersebut. Juru bicara Gedung Putih menyebutnya sebagai upaya untuk merendahkan Presiden Trump dan meremehkan keberanian pilot yang menjalankan misi. Mereka menegaskan bahwa penggunaan bom berbobot 30 ribu pon akan menghasilkan "pemusnahan total".

Presiden Trump dengan percaya diri mengklaim serangan itu sebagai yang paling sukses dalam sejarah. Ia bahkan menyatakan bahwa fasilitas Fordow "sudah tidak ada lagi".

Nasib Fasilitas Fordow

Citra satelit komersial menunjukkan kerusakan parah pada fasilitas nuklir Fordow, salah satu target serangan. Meskipun terlihat enam lubang bekas bom dan kerusakan di sekitarnya, tingkat kerusakan di bagian dalam fasilitas sulit dipastikan.

Mantan inspektur nuklir PBB mengklaim fasilitas itu mungkin hancur. Namun, peneliti lain berpendapat bahwa lokasi fasilitas yang berada di bawah tanah mempersulit evaluasi kerusakan melalui citra satelit.

Terdapat juga spekulasi bahwa persediaan uranium di Fordow telah dipindahkan sebelum serangan, ke lokasi yang dirahasiakan. Citra satelit menunjukkan aktivitas yang tidak biasa di fasilitas tersebut beberapa hari sebelum serangan, dengan sejumlah kendaraan mengantre di pintu masuk. Laporan menyebutkan bahwa sebagian besar uranium bermuatan 60%, yang mendekati mutu senjata, telah dipindahkan ke lokasi rahasia sebelum serangan AS.

Scroll to Top