Jakarta, CNBC Indonesia – Harga beras di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, kembali mengalami kenaikan signifikan, menimbulkan kebingungan di kalangan pedagang. Meskipun informasi yang beredar menyebutkan masa panen masih berlangsung hingga Juni, pasokan beras justru semakin terbatas dan harga terus merangkak naik.
Iwan, seorang pedagang beras di Pasar Rumput, mengungkapkan keheranannya atas situasi ini. Sejak akhir Mei hingga Juni 2025, harga beras telah melonjak hampir Rp1.000 per kilogram. "Kenaikan ini sangat terasa sejak akhir bulan lalu, sekitar Rp500. Kemudian, saat saya membeli lagi di Pasar Induk Beras Cipinang, harganya sudah naik lagi Rp400 per kg," ujarnya.
Yang membuatnya semakin bingung, informasi dari para pekerja yang mengangkut beras dari daerah produksi menyebutkan bahwa panen raya masih berlangsung hingga Juni. Namun, kenyataannya di Pasar Induk Beras Cipinang, harga justru naik, padahal seharusnya turun jika panen melimpah.
Iwan menduga, kenaikan harga ini bukan disebabkan oleh gagal panen, melainkan karena ketidakjelasan keberadaan stok beras. "Naiknya karena barang tidak ada. Ke mana larinya barang ini? Saya tidak tahu," ungkapnya. Ia menambahkan bahwa pasokan di Pasar Induk Beras Cipinang memang sedang minim, menyebabkan harga melonjak. Harga jual beras medium di kiosnya saat ini berkisar antara Rp13.500-Rp14.500 per liter, atau Rp15.000-Rp16.500 per kg, sementara beras premium dijual di kisaran Rp15.000-Rp17.000 per liter, atau Rp16.500-Rp18.500 per kg.
Tarno, pedagang lainnya, juga mengamini hal ini. Ia menyatakan bahwa harga beras terus naik seiring dengan semakin terbatasnya stok di Pasar Induk Beras Cipinang. "Hari ini saya jual yang medium Rp14.500-Rp16.500 per kg, yang premium Rp17.000-Rp19.000 per kg," sebut Tarno.
Harga modal yang ia keluarkan untuk membeli beras di Pasar Induk Beras Cipinang juga sudah tinggi. "Modal saya beli di induk untuk beras medium sudah sekitar Rp590.000 per karung 50 kg. Itu yang paling murah. Untuk beras premium, modal saya sudah Rp715.000 per karung," jelasnya.
Tarno juga menyoroti minimnya pasokan beras yang berbeda dari biasanya. "Stoknya sedikit. Tidak seperti bulan-bulan lalu yang berlimpah. Kalau saya tanya ke penjual di sana, katanya juga kosong." Ia pun mengaku bingung karena kondisi ini terjadi di tengah masa panen. "Setahu saya seharusnya masih panen, tapi kenyataannya di induk malah kosong. Bukan berarti tidak ada barang sama sekali, tapi sedikit, makanya mahal."
Sebagai perbandingan, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium yang berlaku adalah Rp12.500 per kg untuk Zona I (Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi), Rp13.100 per kg untuk Zona II (Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, NTT, dan Kalimantan), dan Rp13.500 per kg untuk Zona III (Maluku dan Papua). Sementara itu, HET nasional untuk beras medium adalah Rp12.500 per kg.
Untuk beras premium, HET Zona I adalah Rp14.900 per kg, Zona II Rp15.400 per kg, Zona III Rp15.800 per kg, dan HET nasional Rp14.900 per kg.