Jakarta – Zohran Mamdani, nama yang mencuri perhatian di kancah politik Amerika Serikat. Ia adalah kandidat walikota New York yang tak disukai mantan Presiden Donald Trump. Siapakah sebenarnya Zohran Mamdani, dan mengapa ia menjadi sorotan?
Mamdani Kwale Mamdani lahir di Kampala, Uganda, pada 18 Oktober 1991. Di usia tujuh tahun, ia dan keluarganya hijrah ke Amerika Serikat. Ayahnya, Mahmood Mamdani, seorang profesor ternama di Universitas Colombia, sedangkan ibunya, Mira Nair, adalah seorang sineas asal India.
Dibesarkan dalam keluarga akademisi, Zohran kerap berpindah-pindah negara mengikuti jejak karir sang ayah. Pengalaman hidup di Uganda, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat menempa dirinya menjadi sosok yang tangguh.
Jiwa aktivis Zohran mulai bergejolak saat menempuh pendidikan di Bowdoin College. Ia menjadi salah satu tokoh penting di balik berdirinya kelompok Students for Justice in Palestine.
Zohran dikenal sebagai seorang Muslim Syiah, sebuah keyakinan yang diwariskan dari ayahnya. Keyakinan ini memperkuat pandangannya terhadap ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina.
Sebelum terjun ke dunia politik, Zohran bekerja sebagai konselor perumahan di Queens. Kecintaannya pada musik, khususnya hip hop, menjadi wadah baginya untuk menyuarakan keresahan sosial.
Dengan idealisme yang membara, Zohran memutuskan untuk memasuki arena politik. Ia bergabung dengan Partai Demokrat dan Sosialis Demokrat Amerika, kemudian mencalonkan diri sebagai anggota dewan pada tahun 2020.
Keberuntungan berpihak padanya. Zohran berhasil terpilih sebagai anggota dewan untuk distrik Majelis Negara Bagian New York ke-36, yang meliputi Astoria dan Long Island City. Ia kembali memenangkan kursi dewan pada tahun 2022 dan 2024. Setelah tiga periode menjabat, Zohran memberanikan diri untuk maju sebagai calon walikota New York dari Partai Demokrat.
Gaya kampanye Zohran yang unik dan progresif berhasil menarik perhatian publik, terutama kalangan muda. Aksi-aksinya kerap viral di media sosial, menjadikannya figur yang diperhitungkan.
Salah satu gagasan kontroversialnya adalah niat untuk menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Pernyataan ini memicu kemarahan Donald Trump, yang menganggap Zohran sebagai tokoh radikal dengan ideologi kiri. Trump tak ingin New York dipimpin oleh seorang walikota Muslim untuk pertama kalinya.