TEL AVIV – Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengungkapkan bahwa militer Israel sempat berupaya melenyapkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, selama konflik 12 hari yang lalu. Pengakuan ini menjadi sorotan, meski upaya tersebut akhirnya gagal.
Katz, dalam wawancara dengan beberapa media Israel, menjelaskan bahwa rencana pembunuhan itu dibatalkan karena Khamenei segera bersembunyi. "Jika dia menjadi target kami, kami akan melenyapkannya," tegas Katz. Dia menambahkan bahwa timnya telah melakukan pencarian intensif.
Pernyataan Katz adalah konfirmasi publik pertama dari pejabat senior Israel mengenai niat untuk menargetkan langsung pemimpin tertinggi Iran selama perang. Meskipun sebelumnya fokus pada infrastruktur nuklir Iran, pengakuan ini menandai perubahan strategi dengan mempertimbangkan eliminasi target tingkat tinggi.
Menurut Katz, Khamenei segera mengamankan diri di bunker, memutus komunikasi dengan para komandan militer senior. Kondisi ini membuat rencana pembunuhan menjadi tidak realistis.
Katz juga menyinggung komentar mantan Presiden AS Donald Trump selama perang yang mengindikasikan bahwa Khamenei adalah "target yang mudah." Namun, Trump kemudian menarik pernyataannya, menekankan bahwa perubahan rezim bukanlah tujuan kebijakan AS saat itu.
Katz menjelaskan bahwa tujuan Israel bukanlah sekadar menggulingkan rezim, tetapi untuk mengganggu dan menekan Iran. Dia membandingkan situasi Khamenei dengan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang tewas dalam serangan udara Israel. Katz menyarankan agar Khamenei tetap bersembunyi demi keselamatannya.
Katz menegaskan bahwa setelah gencatan senjata, Israel tidak lagi memburu Khamenei.
Sementara itu, Khamenei menolak klaim bahwa kemampuan nuklir Iran telah dilumpuhkan. Dia mengeklaim bahwa serangan terhadap situs nuklir Iran tidak menyebabkan kerusakan signifikan dan menepis klaim AS sebagai pernyataan berlebihan.
Khamenei juga menyatakan kemenangan Iran dalam konflik tersebut, memuji serangan balasan rudal Iran terhadap pangkalan militer AS. Dia mengklaim bahwa serangan tersebut adalah "tamparan keras" bagi Amerika.
Menurut pemerintah Israel, serangan Iran menewaskan 28 warga Israel. Sebaliknya, serangan Israel menyebabkan kematian sedikitnya 627 warga sipil di Iran.