Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam pidato publik pertamanya pasca gencatan senjata antara Iran dan Israel, menyatakan bahwa Iran telah meraih kemenangan atas "rezim Zionis." Pidato yang disiarkan secara nasional itu mengklaim bahwa Israel telah "tersingkir dan hancur" akibat serangan Iran.
Khamenei mengungkapkan rasa syukur dan apresiasi kepada Angkatan Bersenjata Iran dan seluruh pihak yang terlibat dalam memperkuat kekuatan militer Iran atas pencapaian tersebut. Dia juga mengklaim kemenangan atas Amerika Serikat.
Menurut Khamenei, Amerika Serikat secara langsung terlibat dalam konflik karena khawatir Israel akan mengalami kehancuran total jika tidak ada intervensi. Namun, intervensi AS itu dinilai tidak membuahkan hasil.
Khamenei meremehkan dampak serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran, yang diklaim oleh AS telah hancur total. Ia menuding AS hanya mencari pembenaran dan berbohong mengenai keberhasilan mereka. Khamenei menambahkan, serangan balasan Iran terhadap Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar telah menyebabkan kerusakan signifikan, yang ditutupi oleh AS untuk menyembunyikan kegagalan mereka.
"Fakta bahwa Iran memiliki akses ke pusat-pusat utama AS di kawasan dan dapat mengambil tindakan kapan pun diperlukan adalah hal yang signifikan," tegasnya.
Khamenei juga berterima kasih kepada rakyat Iran atas solidaritas dan dukungan mereka terhadap militer. Dia menegaskan bahwa bangsa Iran adalah bangsa yang kuat dan terhormat yang tidak akan menyerah pada tekanan asing.
"Siapa pun yang mengharapkan Iran untuk menyerah kepada negara lain, berarti mengoceh omong kosong," katanya.
Pidato ini merupakan pernyataan publik pertama Khamenei setelah Iran dan Israel sepakat untuk melakukan gencatan senjata yang dimulai pada hari Selasa (24/6). Gencatan senjata itu dilakukan setelah Iran menyerang pangkalan militer AS di Qatar, Al Udeid, sebagai balasan atas serangan Washington terhadap tiga situs nuklir utama Iran pada tanggal 22 Juni.
Konflik antara Israel dan Iran sendiri dimulai pada tanggal 13 Juni dan telah menyebabkan ratusan korban jiwa di Iran dan puluhan di Israel.