Malam Satu Suro: Antara Tradisi Spiritual dan Bayangan Horor Suzanna

Malam Satu Suro, bagi sebagian besar masyarakat Jawa, membangkitkan memori tentang kesunyian, hawa dingin, serta berbagai pantangan yang diwariskan. Larangan keluar rumah, menunda acara penting, dan kehati-hatian menjadi ciri khasnya.

Namun, tahukah Anda bahwa Malam Satu Suro sejatinya adalah Tahun Baru Jawa, sebuah momen sakral yang dicetuskan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram? Beliau adalah sosok pemimpin yang juga seorang tokoh spiritual.

Bulan Suro, yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Islam, dianggap sebagai bulan yang istimewa. Penentuan tanggal Satu Suro mengacu pada kalender Jawa yang diciptakan Sultan Agung sekitar tahun 1633 Masehi. Tujuannya adalah untuk menyatukan rakyat melalui spiritualitas dan budaya.

Seiring berjalannya waktu, Malam Satu Suro tidak hanya dianggap sakral, tetapi juga sarat dengan aura mistis. Dalam budaya Jawa, bulan Suro dipercaya sebagai bulan dengan energi besar, baik positif maupun negatif. Dipercaya bahwa batas antara dunia nyata dan dunia gaib menjadi lebih tipis. Oleh karena itu, banyak yang memilih untuk berdiam diri, bertirakat, atau menghindari aktivitas penting.

Aura inilah yang kemudian membuat Malam Satu Suro identik dengan hal-hal gaib, hingga akhirnya menginspirasi dunia seni dan hiburan, termasuk film horor.

Film "Malam Satu Suro" yang dirilis tahun 1988, dibintangi oleh Suzanna, aktris legendaris yang identik dengan peran horor. Dalam film tersebut, Suzanna berperan sebagai Suketi, seorang kuntilanak yang ingin hidup sebagai manusia.

Suketi dinikahi oleh Bardo melalui ritual yang mengembalikan wujud manusianya. Namun, kebahagiaan mereka tidak bertahan lama. Ada pihak jahat yang ingin mengembalikan Suketi ke wujud asalnya. Klimaks horor terjadi di Malam Satu Suro.

Film ini memperkuat citra Malam Satu Suro sebagai malam yang angker dan penuh misteri. Padahal, awalnya malam ini lebih merupakan malam spiritual.

Budaya populer memiliki kekuatan untuk membentuk persepsi baru. Sejak film tersebut populer, banyak orang semakin menganggap Malam Satu Suro sebagai malam yang penuh gangguan gaib. Bahkan, film "Malam Satu Suro" masih sering ditayangkan di televisi setiap tahun saat bulan Suro tiba, menjadi tradisi horor tahunan.

Di satu sisi, Malam Satu Suro adalah waktu yang tepat untuk merenung dan menyucikan diri. Di sisi lain, malam ini juga identik dengan hal mistis berkat cerita rakyat, kepercayaan spiritual, dan film horor Suzanna.

Jadi, mengapa Malam Satu Suro begitu lekat dengan nuansa mistis? Jawabannya adalah perpaduan antara tradisi spiritual Jawa dengan imajinasi populer, terutama melalui film. Film Suzanna memiliki peran besar dalam membentuk bayangan kolektif kita tentang malam yang satu ini.

Scroll to Top