Konflik sengit antara Iran dan Israel telah berlangsung selama 12 hari, memicu kekhawatiran global. Pertempuran ini, yang dimulai pada 13 Juni 2025, dipicu oleh serangan udara Israel terhadap lokasi militer dan nuklir Iran, yang merenggut nyawa ilmuwan nuklir dan komandan militer penting.
Serangan awal Israel dilaporkan melibatkan lebih dari 200 jet tempur yang menargetkan lebih dari 100 fasilitas nuklir dan militer, serta area pemukiman di seluruh Iran. Iran membalas dengan meluncurkan ratusan rudal balistik ke kota-kota Israel, yang memicu serangkaian serangan balasan yang saling mematikan.
Korban jiwa terus meningkat di kedua belah pihak. Hingga saat ini, dilaporkan bahwa 610 warga Iran tewas dalam serangan Israel, sementara 28 orang di Israel meregang nyawa akibat serangan balasan Iran.
Situasi semakin memburuk ketika Amerika Serikat terlibat secara langsung dalam konflik pada 22 Juni. AS melakukan serangan bunker-buster terhadap fasilitas nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Upaya untuk menghentikan kekerasan sempat muncul ketika Presiden AS saat itu, Donald Trump, mengusulkan gencatan senjata pada 24 Juni. Namun, harapan untuk perdamaian pupus ketika Iran menembakkan rudal ke pangkalan udara AS terbesar di Timur Tengah, yang terletak di Qatar, beberapa jam kemudian.
Dampak dari konflik ini sangat dirasakan di Iran. Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Medis Iran melaporkan bahwa ribuan orang terluka, ratusan orang tewas, dan infrastruktur publik mengalami kerusakan signifikan.
Data per 24 Juni menunjukkan:
- Total korban luka: 4.746 orang, termasuk 185 wanita.
- Total korban tewas: 610 orang, termasuk 49 wanita dan 13 anak-anak. Korban termuda berusia dua bulan.
- Petugas kesehatan yang terluka: 20 orang.
Konflik yang meningkat ini menimbulkan pertanyaan serius tentang stabilitas regional dan implikasi yang lebih luas bagi perdamaian dan keamanan global.