Sukabumi – Kabar mengkhawatirkan datang dari Kabupaten Sukabumi. Kelompok usia muda kini menjadi perhatian utama dalam upaya pencegahan penyebaran HIV. Data terbaru menunjukkan peningkatan kasus yang signifikan di kalangan remaja dan dewasa muda.
Antara Januari hingga Mei 2025, Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi mencatat 103 kasus HIV baru. Dari jumlah tersebut, hampir 30% berasal dari kelompok usia muda, dengan 24 kasus pada usia 20-24 tahun dan 4 kasus pada usia 15-19 tahun. Fakta ini menjadi sinyal darurat yang perlu segera diatasi.
Kurangnya edukasi seksualitas di lingkungan keluarga menjadi salah satu faktor utama penyebabnya. Topik seksualitas seringkali dianggap tabu, sehingga anak-anak mencari informasi dari sumber yang tidak terpercaya. Selain itu, pengalaman kekerasan seksual yang tidak tertangani juga meningkatkan kerentanan mereka terhadap HIV.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah dengan mengintensifkan edukasi langsung ke sekolah-sekolah dan pesantren melalui fasilitas pelayanan kesehatan.
Kerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga diperkuat untuk memperluas jangkauan edukasi dan skrining dini. Materi informasi disebarkan melalui berbagai media untuk menjangkau masyarakat yang belum terjangkau secara langsung.
Data menunjukkan bahwa kelompok usia 25-49 tahun masih menjadi penyumbang kasus HIV terbanyak, dengan 70 kasus. Namun, lonjakan kasus di kalangan usia muda sangat mengkhawatirkan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi menekankan bahwa penanganan HIV/AIDS membutuhkan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Stigma harus dihilangkan dan ruang edukatif yang sehat harus diciptakan.
"Remaja harus diberi ruang aman untuk bertanya dan dilindungi dari informasi yang keliru," ujarnya.
Tanpa keterlibatan keluarga, lembaga pendidikan, komunitas, dan tokoh masyarakat, upaya pencegahan HIV akan sulit berhasil. Edukasi sejak dini dan terbuka adalah kunci untuk membendung lonjakan kasus baru, terutama di kalangan usia muda. Jika pembicaraan soal seksualitas terus dianggap tabu, remaja akan mencari informasi di tempat yang salah dan membuka celah bagi penyebaran HIV.