Edwin Super Bejo Ungkap Perjuangan Melawan Post Power Syndrome yang Meruntuhkan Kariernya

JAKARTA – Edwin Super Bejo, sosok yang dikenal luas di dunia hiburan, membuka diri tentang pengalaman pahitnya bergelut dengan gangguan mental yang disebut Post Power Syndrome. Kondisi ini diakuinya menjadi salah satu faktor utama kemunduran kariernya di industri yang membesarkan namanya.

Dulu, Edwin bersama sahabatnya, Jodhy, merajai layar kaca sebagai duo presenter yang selalu menjadi pilihan utama berbagai stasiun televisi swasta.

Namun, roda kehidupan berputar. Popularitasnya mulai meredup seiring dengan minimnya tawaran pekerjaan. Hal ini memicu perasaan gagal dan tidak mampu bersaing dengan para pendatang baru.

Edwin mengakui bahwa ketidakmampuannya memanfaatkan media sosial di awal kemunculannya menjadi salah satu penyebabnya. "Dulu saya merasa kalah karena tidak aktif di media sosial. Ibaratnya, suara saya dikecilkan pelan-pelan sampai akhirnya hilang," ungkapnya.

Kekhawatiran berlebih akan kehilangan popularitas perlahan menghantuinya. Hingga akhirnya, ia menyadari bahwa dirinya tengah berjuang melawan post power syndrome.

"Ternyata saya mengalami post power syndrome yang membuat saya hancur dan terpuruk. Gara-gara itu, saya sampai menghukum diri sendiri," tuturnya.

Post power syndrome, menurut definisi Kementerian Kesehatan, adalah gejala kejiwaan yang dialami seseorang ketika hendak melepaskan kekuasaan atau jabatan yang telah lama diembannya. Kondisi ini memicu perasaan rendah diri dan ketidakmampuan menerima perubahan.

Edwin menyadari pentingnya mengenali diri sendiri sebagai kunci untuk bangkit kembali. "Saya lupa, dulu saat memulai karier, bahwa untuk menjadi lebih baik dari orang lain, kita harus sadar dan mengenal diri sendiri. Kita harus tahu bagaimana menempatkan diri dalam berbagai keadaan," jelasnya.

Kini, Edwin berusaha berdamai dengan keadaan dan ikhlas menerima kehidupannya yang sekarang.

Scroll to Top