Di tengah gegap gempita teknologi 5G yang selama ini kita kenal dengan kecepatan internet seluler, sebuah peluang bisnis baru yang menjanjikan mulai merebak: Fixed Wireless Access (FWA). Teknologi ini memungkinkan penyaluran internet super cepat ke rumah-rumah tanpa repot instalasi kabel fiber optik yang rumit dan mahal. Bayangkan, sinyal 5G langsung "ditembakkan" ke modem di rumah Anda. Ini adalah revolusi, dan para raksasa telekomunikasi global sudah mencium aroma "emas" di baliknya.
Lebih dari Sekadar Kecepatan, Ini Pengalaman
Perusahaan telekomunikasi kini berlomba-lomba menawarkan FWA dalam bentuk paket berbasis kecepatan, mirip dengan layanan internet kabel. Anda tidak lagi hanya membeli koneksi, tetapi pengalaman internet super cepat di rumah. Pilih paket 5G dengan kecepatan yang Anda inginkan, layaknya memilih paket internet kabel 100 Mbps atau 300 Mbps. Inilah titik balik, di mana 5G memicu gelombang inovasi baru, melampaui sekadar penjualan paket data.
FWA diprediksi akan menjadi kekuatan dominan, menyumbang lebih dari 35% koneksi internet rumah baru secara global pada tahun 2030, dengan total 350 juta sambungan.
Peluang Indonesia: Spektrum yang Memadai Jadi Kunci
Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan FWA. Jumlah pelanggan 5G di kawasan ini diproyeksikan mencapai 630 juta pada tahun 2030, dengan lalu lintas data per ponsel melonjak dua kali lipat.
Namun, ada satu syarat penting: ketersediaan spektrum frekuensi yang memadai. Potensi raksasa ini baru bisa dioptimalkan jika ada "jalan tol" frekuensi yang cukup lebar untuk dilewati oleh lalu lintas data 5G yang masif. Tanpa itu, Indonesia berpotensi hanya menjadi penonton dalam perlombaan global ini.
Peluang "emas" 5G ada di depan mata, siap diperebutkan. Pertanyaannya bukan lagi soal "apakah" 5G akan mengubah dunia, tetapi siapa yang akan menjadi pemain tercepat dan tercerdas dalam memperebutkan ladang uang baru bernama internet rumah nirkabel ini.