Iran Tuduh Kepala IAEA Berkhianat Usai Serangan AS ke Fasilitas Nuklir

Teheran mengecam Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, atas permintaannya untuk mengunjungi lokasi nuklir Iran yang hancur akibat serangan udara Amerika Serikat. Iran menuding Grossi telah "mengkhianati tugasnya" dan menyatakan IAEA bertanggung jawab penuh atas situasi yang memprihatinkan ini.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyampaikan kemarahannya melalui platform X, dengan menyebut desakan Grossi untuk mengunjungi fasilitas yang dibom dengan alasan perlindungan sebagai tindakan yang mencurigakan dan mungkin mengandung niat buruk. Iran menegaskan haknya untuk mengambil tindakan apa pun demi melindungi kepentingan, rakyat, dan kedaulatannya.

Ketegangan ini dipicu oleh konflik bersenjata selama 12 hari antara Iran dan Israel yang dimulai pada 13 Juni. Israel melancarkan serangan udara terhadap fasilitas militer, nuklir, dan sipil Iran, menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Eskalasi berlanjut ketika AS, sekutu utama Israel, turut membom tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Iran membalas dengan serangan rudal dan drone ke Israel, mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka di pihak Israel.

Gencatan senjata yang ditengahi oleh AS akhirnya menghentikan pertempuran pada 24 Juni. Namun, parlemen Iran merespons agresi Israel-AS dengan meloloskan undang-undang yang menangguhkan kerja sama dengan IAEA hingga keamanan dan keselamatan kegiatan nuklir Iran terjamin.

Araghchi menuduh Grossi berperan dalam mengaburkan fakta bahwa IAEA telah menutup semua masalah masa lalu terkait program nuklir Iran. Ia menuding Grossi telah memfasilitasi penerapan resolusi bermotif politik terhadap Iran oleh Dewan Gubernur IAEA serta pemboman ilegal oleh Israel dan AS. Tindakan ini dianggap sebagai pengkhianatan terhadap tugas yang diemban Grossi.

Sebelumnya, pada 12 Juni, Dewan Gubernur IAEA yang beranggotakan 35 negara mengadopsi resolusi yang menyatakan Iran melanggar kewajiban nonproliferasi untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade.

Scroll to Top