Jenderal tertinggi militer Amerika Serikat, Dan Caine, mengakui bahwa bom penghancur bunker GBU-57 tidak digunakan dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Isfahan, Iran, beberapa waktu lalu. Alasannya, bom tersebut dinilai tidak efektif mengingat kedalaman lokasi target di bawah tanah.
Pengakuan ini disampaikan Jenderal Caine dalam sebuah briefing kepada parlemen. Saat ini, Caine menjabat sebagai Ketua Kepala Staf Gabungan AS. Penjelasannya ini menjadi gambaran mengapa militer AS tidak menggunakan Massive Ordnance Penetrator (MOP) dalam serangan di Isfahan, Iran tengah.
Pejabat AS meyakini bahwa struktur bawah tanah Isfahan menyimpan hampir 60% persediaan uranium yang diperkaya milik Iran, yang sangat dibutuhkan untuk memproduksi senjata nuklir. Meskipun pesawat pengebom B-2 menjatuhkan lebih dari selusin bom Bunker Buster GBU-57 di situs nuklir Fordow dan Natanz, Isfahan hanya diserang menggunakan rudal Tomahawk yang diluncurkan dari kapal selam AS.
Briefing rahasia kepada anggota parlemen tersebut dihadiri oleh Caine, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Direktur CIA John Ratcliffe.
Selama briefing, Ratcliffe menyampaikan bahwa komunitas intelijen AS menilai sebagian besar bahan nuklir Iran yang diperkaya terkubur di Isfahan dan Fordow.
Senator Chris Murphy mengungkapkan bahwa sebagian fasilitas Iran sangat tersembunyi di bawah tanah sehingga tidak dapat dijangkau. Menurutnya, Iran memiliki kemampuan untuk memindahkan sebagian besar simpanan mereka ke area yang tidak terjangkau oleh kemampuan pengeboman Amerika.
Penilaian awal dari Badan Intelijen Pertahanan (DIA) setelah serangan AS menunjukkan bahwa serangan tersebut tidak menghancurkan komponen inti program nuklir Iran, termasuk uranium yang diperkaya, dan kemungkinan hanya menunda program tersebut selama beberapa bulan. DIA juga menduga Iran mungkin telah memindahkan sebagian uranium yang diperkaya keluar dari lokasi sebelum serangan.
Namun, Presiden Donald Trump mengklaim bahwa tidak ada yang dipindahkan dari tiga lokasi Iran sebelum operasi militer AS.
Meskipun mengakui bahwa serangan militer AS mungkin tidak menghilangkan semua bahan nuklir Iran, anggota parlemen Partai Republik berpendapat bahwa hal itu bukanlah bagian dari misi militer. Menurut anggota parlemen Michael McCaul, tujuan misi tersebut adalah untuk menghilangkan aspek-aspek tertentu dari program nuklir mereka, bukan untuk menyingkirkan bahan nuklir.
Senator Lindsey Graham menambahkan bahwa meskipun situs-situs tersebut telah dihancurkan dan tidak dapat digunakan dalam waktu dekat, keberadaan 900 pon uranium yang sangat diperkaya masih belum diketahui.
Pakar senjata Jeffrey Lewis mengatakan bahwa citra satelit komersial menunjukkan bahwa Iran telah mengakses terowongan di Isfahan. Ia mencatat adanya sejumlah kendaraan di Isfahan dan setidaknya satu pintu masuk terowongan telah dibersihkan dari halangan. Jika persediaan uranium yang sangat diperkaya Iran masih berada di dalam terowongan saat Iran menutup pintu masuk, persediaan tersebut mungkin sekarang berada di tempat lain.
Penilaian awal DIA mencatat bahwa struktur di atas tanah situs nuklir tersebut rusak sedang hingga parah. Kerusakan tersebut dapat mempersulit Iran untuk mengakses uranium yang diperkaya yang masih berada di bawah tanah.
Murphy menjelaskan bahwa serangan tersebut menyebabkan banyak kerusakan pada ketiga fasilitas tersebut. Namun, Iran masih memiliki pengetahuan untuk menyusun kembali program nuklir. Jika mereka masih memiliki bahan yang diperkaya, sentrifus, dan kemampuan untuk dengan cepat memindahkan sentrifus tersebut ke kaskade, penundaan program nuklir tersebut hanya akan berlangsung selama beberapa bulan.
Caine dan Hegseth menyatakan bahwa operasi militer terhadap situs nuklir Fordow berjalan sesuai rencana, tetapi tidak menyebutkan dampaknya terhadap situs nuklir Isfahan dan Natanz.