Iran Ejek Israel Sebagai "Anak Papa" yang Bergantung pada AS

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, melontarkan sindiran pedas terhadap Israel terkait ketergantungannya pada Amerika Serikat, menyebut negara itu seperti "anak papa" saat menghadapi Iran dalam konflik selama 12 hari yang lalu.

Melalui platform X, Araghchi mengejek bahwa Israel hanya bisa mengandalkan bantuan militer dari AS ketika berseteru dengan Iran. Menurutnya, intervensi AS terhadap fasilitas nuklir Iran di tengah peperangan dengan Israel serupa dengan respons seorang "ayah" yang turun tangan membela anaknya yang mengadu.

"Rakyat Iran yang Agung dan Perkasa telah membuktikan kepada dunia bahwa rezim Israel TIDAK PUNYA PILIHAN selain LARI ke ‘Papa’ untuk menghindari kehancuran oleh rudal kami," tulis Araghchi di X.

Kicauan tersebut merujuk pada serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan lalu, saat Teheran terlibat konflik dengan Israel. Sindiran ini menyoroti aliansi AS-Israel dan secara terang-terangan menggambarkan Israel sebagai pihak yang lemah dan bergantung pada AS.

Araghchi juga memperingatkan mantan presiden AS, Donald Trump, untuk menghentikan perkataan yang tidak sopan dan merendahkan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Ia mengultimatum Trump bahwa akan ada konsekuensi berat jika AS terus menghina pemimpin tertinggi Iran.

Araghchi menegaskan bahwa jika Trump benar-benar menginginkan kesepakatan dengan Iran, ia harus menunjukkan rasa hormat, bukan malah menghina Khamenei.

"Trump harus menghentikan nada tidak sopan dan tidak dapat diterima terhadap Khamenei dan berhenti menyakiti jutaan pengikut setia beliau," tulis Araghchi.

Araghchi menutup unggahannya dengan ancaman yang jelas.

"Jika delusi memicu kesalahan yang lebih besar, Iran tidak akan ragu untuk menunjukkan kemampuan nyata-nya, yang pasti akan MENGAKHIRI semua ilusi tentang kekuatan Iran. Niat baik dibalas dengan niat baik, dan rasa hormat dibalas dengan rasa hormat," tegasnya.

Pernyataan keras Araghchi ini muncul beberapa hari setelah konflik 12 hari antara Iran dan Israel berakhir dengan gencatan senjata. Pernyataan ini juga muncul kurang dari seminggu setelah serangan udara AS atas perintah Trump menargetkan fasilitas nuklir utama Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Konflik selama 12 hari itu berakhir pada 24 Juni dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh AS. Namun, ketegangan pasca-perang masih terasa.

Khamenei mengklaim bahwa Teheran telah mengalahkan Israel dan bahkan memberikan "tamparan" kepada Washington selama konflik berlangsung.

Trump menolak klaim kemenangan Khamenei, menyebut pemimpin tertinggi Iran itu sebagai pembohong dan "konyol." Ia langsung membekukan wacana pencabutan sanksi terhadap Iran dan mengklaim bahwa berkat dirinya upaya pembunuhan terhadap Khamenei berhasil dicegah.

Di platform Truth Social, Trump menulis bahwa ia menolak permintaan pasukan AS maupun Israel untuk "menghabisi" sang Ayatollah, meskipun ia sudah mengetahui lokasi rahasianya.

Scroll to Top