Kisah Dramatis Pendaki Irlandia Terjatuh di Gunung Rinjani: Nyaris Maut di Ketinggian

Gunung Rinjani, keindahan alam yang memukau namun menyimpan bahaya tersembunyi, kembali menjadi perbincangan. Tragedi jatuhnya seorang wanita Brasil baru-baru ini mengingatkan kita akan risiko yang dihadapi para pendaki. Kisah Paul Farrell, seorang pria asal Irlandia, menjadi bukti nyata betapa berbahayanya gunung ini.

Pada Oktober 2024, Farrell mengalami kecelakaan saat mendaki Rinjani. Ia terjatuh dari ketinggian sekitar 200 meter di medan yang sangat curam. Farrell menceritakan bagaimana pagi itu, pendakian awalnya terasa mudah, namun semakin mendekati puncak, tantangan semakin berat. Medan berpasir membuat setiap langkah terasa sulit, seolah bergerak maju satu langkah, mundur dua langkah.

Setelah mencapai puncak, Farrell merasa terganggu dengan kerikil di sepatunya. Ia memutuskan untuk melepas sepatu dan sarung tangan untuk membersihkannya. Nasib buruk menimpanya, embusan angin menerbangkan sarung tangannya ke arah kawah. Saat mencoba meraihnya, tanah tempat ia berpijak runtuh, membuatnya terjatuh ke jurang.

Dalam situasi genting, Farrell hanya memiliki satu tujuan: bertahan hidup. Kecepatan jatuhnya semakin meningkat, adrenalin terpacu. Ia menyadari bahwa kematian bisa datang kapan saja. Satu-satunya harapan adalah mencari pegangan, batu besar yang bisa menghentikan lajunya.

Dengan sekuat tenaga, Farrell mencoba menancapkan kuku dan tangannya ke apapun yang bisa dijangkau. Akhirnya, ia melihat sebuah batu besar dan berusaha mengarah ke sana. Ia berhasil menabrak batu itu dan menghentikan jatuhnya.

Farrell terhenti di kedalaman 200 meter, dengan luka ringan dan goresan di tubuhnya. Namun, ia menyadari bahwa posisinya masih berbahaya. Ia bisa terpeleset kapan saja. Untungnya, seorang pendaki wanita asal Perancis yang berada di dekatnya menyaksikan kejadian itu dan segera mencari bantuan.

Farrell memperkirakan dirinya bertahan di batu itu selama lima hingga enam jam sebelum tim penyelamat tiba. Ia berdoa agar bisa selamat, bahkan jika harus kehilangan tulang. Tim pendaki profesional mencoba membuat tali darurat dari pakaian yang disambung untuk menolongnya. Akhirnya, tim penyelamat berhasil menariknya dari jurang.

Tim penyelamat mengungkapkan bahwa mereka berada di dekat lokasi karena sedang mengevakuasi korban kecelakaan lain. Setelah diselamatkan, Farrell merasa sangat lega dan bersyukur. Pengalaman ini nyaris membuatnya trauma, meskipun ia menyukai adrenalin dan olahraga ekstrem. Kisah Farrell menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya persiapan dan kehati-hatian saat mendaki gunung, terutama di medan yang berbahaya seperti Gunung Rinjani.

Scroll to Top