Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tengah menggencarkan program pemeriksaan (skrining) untuk menekan laju penularan HIV/AIDS di wilayahnya. Peningkatan kasus HIV/AIDS setiap tahun menjadi perhatian utama, dengan kelompok Laki-laki Seks Laki-laki (LSL) atau gay menjadi kontributor terbesar.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Cianjur menyatakan bahwa selain skrining, sosialisasi juga ditingkatkan ke berbagai lapisan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengedukasi dan menghindari perilaku berisiko yang dapat memicu penularan HIV/AIDS.
Upaya skrining yang diintensifkan ini diharapkan dapat menemukan kasus HIV/AIDS lebih awal, sehingga penanganan dan perawatan dapat dilakukan secara tepat. Meskipun temuan kasus baru meningkat, hal ini justru memungkinkan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) mendapatkan penanganan yang sesuai dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dinkes Cianjur juga mengimbau masyarakat untuk menghindari seks bebas atau berganti-ganti pasangan, tidak melakukan perilaku seks menyimpang, dan tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian. Langkah-langkah pencegahan ini penting untuk memutus rantai penularan HIV/AIDS.
Data menunjukkan bahwa pada tahun 2025, tercatat sekitar 78 kasus baru ODHA di Cianjur. Kepala Seksi Pencegahan dan Penanganan Penyakit Menular Dinkes Cianjur mengungkapkan bahwa angka ini diperkirakan akan terus bertambah hingga akhir tahun.
Jumlah kasus yang terdata merupakan hasil dari pemeriksaan atau skrining yang dilakukan. Namun, diperkirakan jumlah sebenarnya di lapangan lebih tinggi, karena masih banyak kelompok berisiko tinggi yang sulit dijangkau atau menolak untuk menjalani pemeriksaan.
Oleh karena itu, Dinkes Cianjur terus meningkatkan sosialisasi dan pemeriksaan, terutama pada kelompok berisiko seperti LSL dan pengguna narkoba suntik. Dengan upaya yang lebih intensif, diharapkan penularan HIV/AIDS di Cianjur dapat ditekan dan kualitas hidup ODHA dapat ditingkatkan.
