Presiden AS, Donald Trump, mengklaim bahwa bom penghancur bunker GBU-57 yang dijatuhkan pesawat siluman B-2 berhasil menembus fasilitas nuklir Fordow di Iran "seperti mentega". Klaim ini disampaikan di tengah keraguan bahwa situs nuklir tersebut benar-benar hancur total.
Dalam wawancaranya dengan Fox News, Trump menekankan bahwa meskipun Iran mencoba memperkuat pintu masuk Fordow, bom AS tetap mampu menembus pertahanan tersebut dengan mudah. Dia bahkan mengklaim serangan pada 22 Juni lalu, yang disebut Operasi Midnight Hammer, telah "menghancurkan" program nuklir Iran. Operasi itu dikabarkan menargetkan tiga fasilitas nuklir utama Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Ifsahan.
Fordow sendiri dikenal sebagai situs nuklir yang paling rahasia dan terlindungi di Iran. Terletak di bawah gunung, fasilitas ini dirancang untuk menahan serangan udara dan intervensi asing. Trump mengklaim bahwa serangan tersebut menghancurkan Fordow menjadi "ribuan ton batu". Ia juga membantah klaim yang menyatakan uranium yang diperkaya telah dipindahkan dari lokasi tersebut sebelum serangan.
Trump menegaskan operasi ini sangat sulit dan berbahaya, dan dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Operasi Midnight Hammer terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, di mana kedua negara terus saling serang sejak 13 Juni. AS dikabarkan telah memberikan ultimatum kepada Iran untuk menghentikan pengayaan uranium, yang berujung pada serangan tersebut. Senjata canggih seperti bom GBU-57 dan rudal jelajah Tomahawk dilaporkan digunakan dalam operasi ini.
Meskipun Trump mengklaim bahwa program nuklir Iran mengalami kemunduran signifikan, kepala pengawas nuklir PBB, Rafael Grossi, mengatakan Iran berpotensi memulai produksi uranium yang diperkaya dalam beberapa bulan.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menuduh Trump membesar-besarkan serangan tersebut untuk menutupi kegagalan. Khamenei menyebut klaim Trump berlebihan dan mencurigakan, menyiratkan bahwa ada fakta yang disembunyikan.