Iran Ragu Israel Tepati Janji Gencatan Senjata

Jakarta – Pimpinan militer Iran meragukan komitmen Israel untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata yang baru saja disepakati. Keraguan ini didasarkan pada rekam jejak Israel yang dinilai seringkali tidak menghormati kesepakatan internasional.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Abdolrahim Mousavi, menyatakan kesiapannya untuk memberikan respons tegas jika Israel kembali melakukan agresi. Pernyataan ini disampaikan dalam percakapan dengan Menteri Pertahanan Arab Saudi, Khalid bin Salman Al Saud.

Gencatan senjata antara Iran dan Israel secara resmi berlaku sejak 24 Juni, mengakhiri konflik yang berlangsung selama 12 hari. Konflik ini menyebabkan ratusan korban jiwa dan ribuan luka-luka di kedua belah pihak. Tercatat 610 warga Iran tewas dan lebih dari 4000 luka-luka akibat serangan Israel. Sementara itu, 28 warga Israel tewas dan lebih dari 2000 mengalami luka-luka.

Di sisi lain, Kepala Staf Militer Israel mengindikasikan bahwa pasukannya akan kembali memfokuskan perhatian pada operasi melawan Hamas di Gaza.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah mengeluarkan seruan kepada kedua negara untuk tetap menghormati kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai.

Kementerian Intelijen Iran juga memperingatkan potensi aktivitas tersembunyi Israel di dalam negeri, meski gencatan senjata telah disepakati. Mereka menuding agen Israel berada di balik kampanye "panggilan telepon massal" yang ditujukan kepada warga Iran. Kampanye ini diduga bertujuan untuk melakukan spionase telepon dan memperoleh informasi nasional.

Kementerian tersebut juga mewaspadai penyebaran berita palsu yang berpotensi memprovokasi warga Iran untuk bertindak melawan persatuan dan kohesi nasional.

Konflik antara Iran dan Israel memanas setelah Israel melancarkan serangan ke Iran pada 13 Juni, yang kemudian dibalas oleh Iran dengan meluncurkan ratusan rudal.

Scroll to Top