Dari kedalaman kosmos, hadir sebuah revolusi dalam dunia astronomi! Observatorium Vera C. Rubin di Chile, sebuah proyek ambisius yang didanai oleh National Science Foundation (NSF) dan Department of Energy’s Office of Science (DOE) Amerika Serikat, telah resmi memulai operasinya. Misi utamanya? Melakukan survei Legacy Survey of Space and Time (LSST) selama 10 tahun yang akan mengubah pemahaman kita tentang alam semesta.
Citra Pertama yang Memukau
Citra perdana yang dihasilkan Observatorium Rubin adalah bukti nyata kemampuannya. Hanya dalam 10 jam, teleskop survei Simonyi 8,4 meter yang dilengkapi kamera digital terbesar di dunia berhasil menangkap jutaan galaksi, bintang Bimasakti, dan ribuan asteroid. Bayangkan apa yang bisa dicapai dalam satu dekade!
Teleskop Simonyi akan secara berkala memetakan langit selatan dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan siklus pemotretan seluruh langit selatan hanya dalam 3-4 hari, para ilmuwan akan dapat mempelajari perubahan kosmik yang terjadi secara real-time.
Gamechanger dalam Astronomi
Fasilitas canggih ini adalah gamechanger. Observatorium Rubin memiliki potensi untuk mengumpulkan lebih banyak informasi tentang alam semesta dibandingkan semua teleskop yang pernah ada dalam sejarah.
Teleskop Simonyi akan membantu kita mengungkap misteri materi gelap dan energi gelap, dua entitas misterius yang membentuk sekitar 95% alam semesta. Selain itu, Rubin juga akan menjadi mesin pencari objek-objek kecil dan redup di Tata Surya, membantu kita dalam upaya pertahanan Bumi dari ancaman asteroid.
Perjalanan Panjang
Pembangunan Observatorium Rubin adalah hasil dari visi panjang para astronom. Ide ini berawal pada akhir abad ke-20, dengan konsep Teleskop Materi Gelap yang kemudian berkembang menjadi survei LSST (Large Synoptic Survey Telescope).
Pada tahun 2001, LSST Corporation dibentuk untuk mengelola proyek ini. Puncak El Peñón di Cerro Pachón, Chile, dipilih sebagai lokasi ideal karena langitnya yang gelap dan kondisi atmosfer yang stabil.
Teleskop tiga cermin anastigmat dirancang untuk medan pandang yang sangat luas, sementara SLAC National Accelerator Laboratory membangun kamera 3,2 gigapiksel yang revolusioner.
Pembangunan fisik dimulai pada tahun 2015, dengan pendanaan dari NSF, DOE, dan berbagai sumber swasta. Setelah satu dekade, Observatorium Rubin akhirnya terwujud.
Penghormatan untuk Pionir
Observatorium ini dinamai Vera C. Rubin, astronom perempuan yang berjasa dalam menemukan bukti keberadaan materi gelap. Penamaan ini juga merupakan penghormatan atas perjuangan Rubin dalam mendorong keterlibatan perempuan dalam dunia astronomi. Teleskop 8,4 meter dinamai Teleskop Simonyi, sebagai penghargaan kepada Charles dan Lisa Simonyi yang memberikan kontribusi finansial yang signifikan.
Masa Depan Astronomi
Meski sempat terkendala oleh pandemi COVID-19, Observatorium Rubin kini siap beroperasi penuh pada tahun 2025. Bahkan, publik dapat berkontribusi melalui platform sains warga (Rubin Science Platform/RSP).
Kehadiran Observatorium Rubin adalah babak baru dalam astronomi. Dengan kemampuannya yang luar biasa, observatorium ini akan menjadi kolaborator yang tak ternilai bagi teleskop lain di seluruh dunia. Mari bersiap untuk mengungkap rahasia alam semesta bersama Observatorium Vera C. Rubin!