Maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia, memasuki babak transformasi besar-besaran. Perubahan ini ditandai dengan penyegaran hampir seluruh jajaran direksi dan komisaris, serta dukungan finansial signifikan senilai Rp 6,6 triliun dari Danantara.
Keputusan strategis ini diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Juni 2025 di Jakarta. Posisi Direktur Utama tetap dipegang oleh Wamildan Tsani Panjaitan.
"Kehadiran nama-nama baru dari internal perusahaan menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan kepemimpinan," ungkap Wamildan usai RUPSLB. Ia juga menekankan kesiapan insan Garuda Indonesia untuk menjadi motor utama transformasi jangka panjang.
Wajah Baru Jajaran Direksi dan Komisaris
Berikut adalah susunan direksi Garuda Indonesia yang baru:
- Direktur Operasi: Dani Haikal Irawan
- Direktur Niaga: Reza Aulia Hakim
- Direktur Teknik: Mukhtaris
- Direktur Human Capital & Corporate Service: Eksitarino Irianto
Posisi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko masih kosong, menunggu usulan dari pemegang saham.
Untuk jajaran komisaris, Mawardi Yahya ditunjuk sebagai Komisaris Independen. Susunan lengkap komisaris Garuda Indonesia 2025 adalah sebagai berikut:
- Komisaris Utama merangkap Independen: Fadjar Prasetyo
- Komisaris: Chairal Tanjung, Glenny Kairupan
- Komisaris Independen: Mawardi Yahya
Suntikan Dana Rp 6,6 Triliun dari Danantara: Lebih dari Sekadar Modal
Transformasi ini didukung oleh suntikan dana besar dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Melalui PT Danantara Asset Management, mereka memberikan pinjaman pemegang saham senilai Rp 6,6 triliun.
COO Danantara, Dony Oskaria, menegaskan bahwa Garuda Indonesia bukan hanya entitas bisnis, tetapi juga simbol kedaulatan udara dan kebanggaan bangsa. Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung kegiatan maintenance, repair and overhaul (MRO) armada Garuda sebagai bagian dari transformasi menyeluruh.
Danantara menegaskan komitmennya untuk mengawal proses transformasi Garuda secara aktif, bukan hanya sebagai penyedia dana, tetapi juga sebagai pemegang saham dengan pendekatan institusional dan akuntabilitas ketat.
Target 2030: Mengoperasikan 120 Pesawat
Dukungan modal ini menjadi dasar proyeksi pertumbuhan Garuda. Direktur Utama Wamildan Tsani menargetkan Garuda dapat mengoperasikan sekitar 120 pesawat pada tahun 2030. Tahun 2026 diharapkan menjadi titik balik kinerja perusahaan setelah melewati masa sulit restrukturisasi utang.
Dengan restrukturisasi manajemen dan dukungan finansial yang kuat, Garuda Indonesia memasuki era baru. Kombinasi talenta muda dari internal perusahaan dan dukungan modal negara menjadikan tahun 2025 sebagai momen penting dalam sejarah maskapai ini.