Tragedi Rinjani: SOP Pendakian Dievaluasi Total

Rentetan insiden maut di Gunung Rinjani mendorong pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional prosedur (SOP) pendakian. Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, bersama Kepala Basarnas, Marsekal Madya Mohammad Syafii, membahas langkah-langkah perbaikan usai insiden jatuhnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang berujung pada kematian.

"Pemerintah terbuka terhadap kritik. Kejadian ini menjadi momentum untuk mengevaluasi total prosedur pengamanan pendakian secara umum," ujar Raja Juli.

Berbagai masukan diterima untuk meningkatkan keamanan pendakian, termasuk pemasangan papan penanda yang lebih memadai dan penempatan posko yang lebih berdekatan. Usulan penggunaan teknologi pelacak seperti Radio Frequency Identification (RFID) atau Emergency Locator Transmitter (ELT) pada gelang pendaki juga menjadi pertimbangan serius. Tujuannya, agar respons terhadap kondisi darurat bisa lebih cepat dan efektif.

Selain infrastruktur dan teknologi, Kementerian Kehutanan juga berencana meningkatkan kualitas sertifikasi pemandu. Sistem klasifikasi tingkat kesulitan pendakian di setiap gunung di Indonesia akan diterapkan. Dengan demikian, pendaki dengan pengalaman terbatas tidak diizinkan mendaki gunung dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

Beberapa waktu terakhir, Gunung Rinjani memang mencatat sejumlah insiden yang memprihatinkan. Sebelum tragedi yang menimpa Juliana Marins, seorang turis asal Malaysia, Nazli Awan Mahat, juga mengalami cedera serius akibat terjatuh di Danau Segara Anak. Sebelumnya lagi, pendaki Malaysia lainnya, Rennie Abdul Ghani, tewas setelah terjatuh ke jurang di jalur pendakian Torean.

Scroll to Top