Kabupaten Sukoharjo tengah menghadapi ancaman kesehatan baru: penyakit chikungunya. Sejak sebelum Lebaran hingga kini, atau sekitar sebulan terakhir, kasus chikungunya dilaporkan meningkat, terutama di wilayah Kecamatan Sukoharjo Kota.
Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus ini juga diduga menjangkiti warga di kecamatan lain, seperti Gatak. Gejala yang dikeluhkan antara lain demam tinggi serta nyeri sendi dan otot yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Kondisi lingkungan yang kurang terjaga dan penurunan daya tahan tubuh menjadi faktor utama pemicu penyebaran penyakit ini.
Pihak Puskesmas Sukoharjo Kota mengakui adanya peningkatan kasus chikungunya. Meskipun demikian, jumlah kasus saat ini belum dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Tercatat sekitar 50 kasus di Kecamatan Sukoharjo selama satu bulan terakhir. Persamaan antara chikungunya dan demam berdarah terletak pada penyebabnya, yaitu gigitan nyamuk.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terus digencarkan. Puskesmas telah menginstruksikan seluruh jajaran untuk meningkatkan sosialisasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Peran kader jumantik (juru pemantau jentik) juga dimaksimalkan. Idealnya, setiap rumah memiliki satu orang pemantau jentik untuk memastikan lingkungan bebas dari sarang nyamuk.
Warga Sukoharjo diimbau untuk lebih waspada terhadap potensi penyebaran chikungunya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan daya tahan tubuh. PSN secara rutin adalah kunci utama untuk memutus rantai penularan penyakit ini.