Kekhawatiran IAEA: Iran Bisa Lanjutkan Pengayaan Uranium Pasca Serangan AS-Israel

Jakarta – Badan pengawas nuklir PBB, IAEA, menyatakan kekhawatiran mendalam bahwa Iran berpotensi melanjutkan program pengayaan uranium dalam hitungan bulan, meski fasilitas nuklirnya telah diserang oleh Amerika Serikat dan Israel.

Rafael Grossi, Kepala IAEA, mengungkapkan bahwa meskipun beberapa situs nuklir Iran terkena dampak serangan, sebagian fasilitas masih berfungsi. Ia memperkirakan Iran mampu menghidupkan kembali sejumlah sentrifugal dan memproduksi uranium yang diperkaya dalam waktu singkat. Bahkan, ia menduga proses ini bisa berjalan lebih cepat dari perkiraan.

Kekhawatiran ini muncul seiring laporan bahwa Iran telah memiliki uranium yang diperkaya hingga 60 persen, hanya sedikit di bawah ambang batas yang diperlukan untuk membuat senjata nuklir. Jika terus dimurnikan, uranium tersebut berpotensi menghasilkan lebih dari sembilan bom nuklir.

Grossi menekankan ketidakpastian mengenai nasib persediaan uranium Iran sebelum serangan, apakah dipindahkan atau hancur. Ia mendesak Iran untuk memberikan klarifikasi kepada IAEA mengenai keberadaan dan kondisi uranium yang diperkaya.

Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran terjadi di tengah konflik yang sedang berlangsung dengan Israel. Sebelumnya, Israel telah melancarkan serangan ke Iran, yang kemudian dibalas oleh Teheran. Israel mengklaim serangan tersebut bertujuan untuk melucuti program nuklir dan persenjataan rudal balistik Iran, yang dianggap sebagai ancaman bagi kawasan.

Pemerintah Iran bersikeras bahwa program nuklirnya bertujuan damai dan bukan untuk mengembangkan senjata pemusnah massal. Pasca serangan, anggota parlemen Iran menyerukan agar pemerintah menangguhkan kerja sama dengan IAEA dan menolak permintaan inspeksi fasilitas, termasuk pabrik pengayaan bawah tanah di Fordow.

Scroll to Top