Laporan PBB Ungkap Perusahaan yang Diduga Terlibat dalam Genosida di Gaza

Sebuah laporan terbaru dari PBB mengungkap daftar perusahaan yang dituduh membantu Israel dalam melakukan genosida di Gaza. Laporan tersebut menyoroti peran penting perusahaan investasi multinasional seperti BlackRock dan Vanguard sebagai investor utama di balik perusahaan-perusahaan yang terlibat.

Laporan ini mengidentifikasi 48 perusahaan korporasi, termasuk raksasa teknologi Amerika Serikat seperti Microsoft, Alphabet (induk perusahaan Google), dan Amazon. Perusahaan otomotif Hyundai dan Caterpillar, serta sejumlah perusahaan asuransi juga masuk dalam daftar tersebut.

Penyelidikan ini mengumpulkan data lebih dari 1.000 entitas perusahaan. Laporan tersebut menyatakan bahwa wilayah pendudukan telah menjadi lahan pengujian ideal bagi produsen senjata dan perusahaan teknologi besar. Hal ini dikarenakan pasokan dan permintaan yang tinggi, pengawasan yang minim, dan kurangnya akuntabilitas, sehingga investor dan lembaga swasta maupun publik dapat memperoleh keuntungan dengan leluasa.

Laporan tersebut lebih lanjut menyatakan bahwa keterlibatan perusahaan-perusahaan ini tidak lagi sebatas dalam pendudukan wilayah Palestina, tetapi mungkin juga terlibat dalam ekonomi genosida, mengacu pada serangan Israel yang berkelanjutan di Jalur Gaza. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa temuan ini menggambarkan mengapa genosida Israel terus berlanjut, karena memberikan keuntungan bagi banyak pihak.

BlackRock, sebagai manajer aset terbesar di dunia, tercatat sebagai investor di sejumlah perusahaan yang menurut PBB memungkinkan dan mendapat keuntungan dari genosida di Gaza. BlackRock merupakan institusi terbesar kedua di Palantir, Microsoft, Amazon, Alphabet, dan IBM; serta yang terbesar ketiga di Lockheed Martin dan Caterpillar.

Sementara itu, Vanguard, manajer aset terbesar kedua di dunia, adalah investor institusi terbesar di Caterpillar, Chevron, dan Palantir, dan yang terbesar kedua di Lockheed Martin dan produsen senjata Israel Elbit Systems.

Alat Perang

Pengadaan jet tempur F-35 oleh Israel merupakan bagian dari program pengadaan senjata terbesar di dunia, yang melibatkan setidaknya 1.600 perusahaan di delapan negara. Program ini dipimpin oleh Lockheed Martin yang berbasis di AS, namun komponen F-35 dibuat secara global.

Perusahaan manufaktur Italia, Leonardo SpA, tercatat sebagai kontributor utama di sektor militer, sementara FANUC Corporation dari Jepang menyediakan mesin robotik untuk jalur produksi senjata.

Teknologi dan Pengawasan

Sektor teknologi memungkinkan pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data biometrik warga Palestina oleh pemerintah, mendukung rezim izin diskriminatif Israel. Microsoft, Alphabet, dan Amazon memberikan Israel akses seluruh pemerintah terhadap teknologi cloud dan AI mereka, meningkatkan kapasitas pemrosesan data dan pengawasan.

Perusahaan teknologi AS IBM juga bertanggung jawab untuk melatih personel militer dan intelijen, serta mengelola basis data pusat Otoritas Kependudukan, Imigrasi dan Perbatasan Israel (PIBA) yang menyimpan data biometrik warga Palestina.

Laporan tersebut menemukan bahwa platform perangkat lunak AS Palantir Technologies memperluas dukungannya kepada militer Israel sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober 2023. Terdapat indikasi bahwa Palantir menyediakan teknologi kepolisian prediktif otomatis yang digunakan untuk pengambilan keputusan otomatis di medan perang, untuk memproses data dan menghasilkan daftar target melalui sistem kecerdasan buatan seperti "Lavender", "Gospel", dan "Where’s Daddy?".

Scroll to Top