JAKARTA – Grup musik Bob Vylan kembali menjadi sorotan publik akibat aksi panggung kontroversial mereka di Glastonbury 2025. Setelah dikecam keras karena teriakan "Matilah IDF", mereka justru semakin lantang menyuarakan dukungan bagi kemerdekaan Palestina.
Pada penampilan mereka di panggung Glastonbury pada 28 Juni 2025, Bob Vylan memicu polemik dengan memimpin teriakan "matilah IDF", yang kemudian diikuti dengan seruan, "Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka."
Aksi ini segera memicu reaksi negatif, terutama di media sosial dan dari berbagai kelompok politik serta organisasi Yahudi di Inggris dan Amerika Serikat. Banyak yang menilai pernyataan Bob Vylan bersifat provokatif dan menyinggung isu sensitif di Timur Tengah.
Namun, melalui pernyataan resmi di media sosial pada 1 Juli 2025, Bob Vylan menjelaskan bahwa maksud mereka bukanlah untuk menyebarkan kebencian, melainkan mengkritik sistem militer yang menindas warga sipil.
"Kami tidak mendukung kematian orang Yahudi, Arab, atau kelompok mana pun. Kami menentang mesin militer yang memerintahkan prajuritnya menggunakan kekuatan mematikan terhadap warga sipil tak bersenjata," tulis mereka.
Bob Vylan juga menyoroti laporan investigasi yang mengungkap perintah penembakan warga Palestina di dekat lokasi bantuan di Gaza, meski tidak ada ancaman langsung. Mereka menekankan bahwa sorotan yang mereka terima hanyalah upaya pengalihan isu dari penderitaan yang sebenarnya terjadi.
"Kami hanyalah pengalih perhatian. Pemerintah lebih takut pada suara-suara yang bertanya, ‘Mengapa mereka tetap diam terhadap kekejaman ini?’" tegas mereka.
Akibat aksi mereka di Glastonbury, Bob Vylan menghadapi berbagai konsekuensi. Visa mereka ke Amerika Serikat dibatalkan, kontrak mereka diputus oleh agensi besar UTA, dan BBC menuai kritik karena tetap menayangkan penampilan mereka tanpa penyensoran.
Meski diterpa kritik tajam, Bob Vylan tetap teguh pada pendiriannya. Mereka mengajak publik untuk tidak diam terhadap kekerasan, dan mengingatkan bahwa seruan mereka adalah bagian dari kebebasan berekspresi yang harus dilindungi.
"Kami menjadi sasaran karena bersuara. Kami bukan yang pertama dan tidak akan jadi yang terakhir. Jika kamu peduli pada kesucian hidup manusia dan kebebasan berbicara, bersuaralah. Bebaskan Palestina," pungkasnya.