Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat gebrakan dengan mengancam akan menaikkan tarif impor produk asal Jepang, khususnya sektor otomotif. Ancaman ini dilontarkan dengan alasan Jepang enggan membeli beras dari AS, meskipun mereka sedang mengalami penurunan produksi beras.
Melalui unggahan di media sosialnya, Trump menyatakan bahwa AS mungkin akan mengirimkan pemberitahuan resmi kepada Jepang mengenai besaran tarif baru yang akan dikenakan. Sebelumnya, Trump sempat menyinggung rencana pengenaan tarif balasan setelah masa jeda 90 hari berakhir.
"Yang terhormat Bapak Jepang, ini beritanya: Anda akan membayar tarif sebesar 25% untuk mobil Anda," tegas Trump.
Klaim Trump mengenai keengganan Jepang membeli beras AS sebenarnya kurang tepat. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2024, Jepang membeli beras dari AS senilai US$ 298 juta. Bahkan, dalam empat bulan pertama tahun 2025 saja, nilai pembelian telah mencapai US$ 114 juta. Hal ini menunjukkan bahwa Jepang masih menjadi pembeli beras AS.
Belum jelas apakah pernyataan pejabat Jepang dalam negosiasi perdagangan yang menyatakan akan menghentikan pembelian beras AS di masa depan menjadi pemicu kemarahan Trump.
Menanggapi hal ini, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, menyatakan bahwa negosiasi dagang antara kedua negara masih berlangsung. Ia juga mengakui mengetahui klaim dan ancaman Trump, namun menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut.
"Meskipun kami menahan diri untuk tidak mengungkapkan secara spesifik diskusi kami dengan AS, Jepang akan terus dengan giat melakukan diskusi yang tulus dan jujur dengan tujuan mencapai kesepakatan yang akan menguntungkan Jepang dan AS," ujarnya.
Ancaman tarif impor ini berpotensi mempengaruhi hubungan dagang antara AS dan Jepang, terutama sektor otomotif yang merupakan ekspor utama Jepang ke Amerika. Perkembangan selanjutnya dari negosiasi ini akan menjadi perhatian penting bagi pelaku ekonomi di kedua negara.