Dalai Lama Tegaskan Penerus Tradisi, Tolak Campur Tangan Cina

Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet yang diasingkan, memastikan keberlanjutan lembaga Dalai Lama yang berusia ratusan tahun dengan menunjuk penggantinya. Keputusan ini menjadi tonggak penting bagi masyarakat Tibet dan umat Buddha sedunia, terutama mengingat upaya Cina yang terus mendorong penunjukan pengganti versinya sendiri.

Selama ini, Dalai Lama menjadi ikon perjuangan mempertahankan identitas budaya Tibet di bawah tekanan pemerintah Cina.

Dalam pidatonya di McLeod Ganj, India, Dalai Lama menyatakan keputusan itu diambil setelah menerima permintaan dari berbagai komunitas Buddha, termasuk diaspora Tibet, komunitas Himalaya, Mongolia, Rusia, serta warga Tibet di Cina.

"Saya telah menerima pesan dari Tibet melalui berbagai saluran, yang menyampaikan permohonan serupa," tuturnya. "Oleh karena itu, saya menegaskan bahwa institusi Dalai Lama akan terus berlanjut."

Menentang Dominasi Cina

Keputusan ini mengakhiri spekulasi bertahun-tahun setelah Dalai Lama sempat mengisyaratkan kemungkinan menjadi Dalai Lama terakhir. Namun, permintaan umatlah yang mendorongnya untuk meneruskan tradisi ini.

Cina, yang lama menganggap Dalai Lama sebagai separatis, bersikeras bahwa hanya pemerintah yang berhak menunjuk reinkarnasi Dalai Lama selanjutnya. Beijing bersikeras bahwa reinkarnasi tersebut harus ditemukan di wilayah Tibet yang dikuasai Cina, serta memastikan kendali Partai Komunis atas suksesi kepemimpinan spiritual Tibet.

Dalai Lama menolak klaim tersebut. Ia menyatakan bahwa tanggung jawab memilih Dalai Lama ke-15 "sepenuhnya berada di tangan Gaden Phodrang Trust," kantor resmi Dalai Lama yang didirikan di India pada tahun 2015.

"Saya tegaskan kembali bahwa tidak ada pihak lain yang berhak campur tangan dalam urusan ini," tegasnya, merujuk pada Beijing.

Proses pencarian reinkarnasi harus dilakukan sesuai tradisi Buddhisme Tibet, melalui tanda-tanda spiritual dan penglihatan para biksu senior, sebuah proses yang memakan waktu bertahun-tahun.

Warisan dan Tantangan

Tenzin Gyatso, Dalai Lama ke-14, melarikan diri ke India pada tahun 1959 setelah pemberontakan di Lhasa ditekan. Sejak itu, ia menetap di Dharamshala bersama ribuan pengikutnya.

Pada tahun 2011, Dalai Lama menyerahkan otoritas politik kepada pemerintahan Tibet di pengasingan yang dipilih secara demokratis. Namun, ia tetap menjadi tokoh spiritual utama dan simbol perjuangan damai rakyat Tibet.

Seorang aktivis Tibet menyambut baik pengumuman ini, menekankan pentingnya kelanjutan lembaga Dalai Lama bagi masa depan rakyat Tibet dan umat manusia. "Pengumuman ini mengirim pesan tegas kepada Beijing untuk menolak peran mereka dalam proses reinkarnasi Dalai Lama," katanya.

Dalai Lama mengakui adanya "risiko disalahgunakan oleh kepentingan politik tertentu" dan menekankan pentingnya menjaga tradisi ini dari intervensi kekuasaan negara.

Scroll to Top