Puan Maharani Minta Pemerintah Gerak Cepat Tangani Virus Hanta

Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyoroti kemunculan kasus virus Hanta tipe Haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS) di sejumlah wilayah Indonesia. Ia menekankan pentingnya respons cepat dari pemerintah.

"Meskipun penyebaran virus Hanta belum meluas, justru inilah saatnya bertindak sigap. Fokus utama adalah membangun sistem deteksi dini dan respons medis yang efektif, terutama di tingkat desa yang paling rentan," ujarnya.

Virus Hanta tipe HFRS dilaporkan banyak ditemukan di Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Utara. Tercatat delapan kasus penyakit ini terdeteksi pada pertengahan Juni 2025. Penularan virus ini terjadi melalui kontak dengan tikus yang terinfeksi.

Puan mendesak pemerintah untuk mengambil langkah konkret, termasuk deteksi dini, guna mencegah penyebaran virus yang lebih luas. Kesiapan fasilitas kesehatan primer dan tenaga medis di daerah sangat penting dalam menangani penyakit zoonosis ini.

"Penanganan harus dimulai dengan pendekatan teknis yang terukur dan solusi yang bisa langsung diterapkan di lapangan," tegasnya.

Ia juga menekankan perlunya memperbanyak alat diagnosis cepat berbasis molekuler di Puskesmas dan klinik daerah. Selain itu, pelatihan wajib bagi tenaga medis untuk mengenali gejala virus Hanta dan penyakit menular lainnya juga sangat penting.

"Prioritaskan daerah padat penduduk, dekat pasar tradisional, dan zona pertanian," sarannya.

Puan juga menyoroti pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan, termasuk pengelolaan sampah, kebersihan pasar, dan sanitasi lingkungan.

"Virus ini muncul karena interaksi antara manusia dan hewan pengerat semakin dekat. Pendekatannya harus lintas sektor dengan target terukur, seperti penurunan populasi tikus dan peningkatan sanitasi di kawasan padat penduduk," jelasnya.

Puan mendorong pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang virus Hanta kepada masyarakat, agar mereka memahami dampaknya dan melakukan tindakan pencegahan.

"Jika masyarakat tidak menyadari bahaya virus ini, mereka mungkin menganggap gejala yang muncul sebagai hal biasa dan tidak segera mencari pengobatan. Edukasi harus menjangkau langsung ke lapangan, pasar, lahan pertanian, dan kampung-kampung," katanya.

"Virus Hanta tidak bisa ditangani secara pasif. Negara harus hadir dengan penanganan terpadu melalui sistem medis yang konkret, edukasi publik yang tepat sasaran, dan tata kelola lingkungan yang mendukung pencegahan penyakit berbasis hewan agar tidak menjadi wabah di Indonesia," pungkas Puan.

Scroll to Top