Jakarta – Amerika Serikat memutuskan untuk menghentikan sebagian bantuan senjata utama ke Ukraina, di tengah konflik yang berkepanjangan dengan Rusia sejak Februari 2022.
Keputusan ini diumumkan oleh Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, Anna Kelly, sebagai langkah untuk melindungi kepentingan Amerika Serikat. Menurutnya, kebijakan ini diambil setelah Kementerian Pertahanan AS (DOD) melakukan evaluasi terhadap dukungan dan bantuan militer ke berbagai negara.
Seorang pejabat AS mengungkapkan bahwa penundaan pengiriman senjata ini disebabkan oleh menipisnya stok amunisi AS. Akibatnya, beberapa pengiriman yang sudah direncanakan tidak dapat dilanjutkan. Laporan dari Politico dan media AS lainnya menyebutkan bahwa rudal untuk sistem pertahanan udara Patriot, artileri presisi, dan rudal Hellfire termasuk di antara barang-barang yang terdampak.
Meskipun demikian, Kelly menegaskan bahwa keputusan ini tidak mencerminkan penurunan kekuatan militer AS. Ia mencontohkan serangan baru-baru ini terhadap Iran sebagai bukti kekuatan Angkatan Bersenjata AS.
Juru bicara Pentagon, Sean Parnell, tidak memberikan penjelasan rinci mengenai alasan penghentian bantuan. Namun, ia menyatakan bahwa militer Amerika tidak pernah lebih siap berkat kepemimpinan Presiden Donald Trump dan Menteri Pete Hegseth.
Penghentian bantuan senjata ini mengindikasikan perubahan prioritas Gedung Putih di bawah pemerintahan Presiden Trump, terutama terkait dengan konflik Rusia-Ukraina. Berbeda dengan era Presiden Joe Biden yang memberikan dukungan besar-besaran, Trump cenderung mengurangi keterlibatan AS dan membuka dialog dengan Presiden Vladimir Putin.
Pekan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menerima respons kurang positif dari Presiden Trump saat membahas permintaan sistem pertahanan udara Patriot di sela-sela KTT NATO. Trump menyatakan akan mempertimbangkan permintaan tersebut.
Di sisi lain, berita ini tampaknya menjadi angin segar bagi Rusia yang terus melancarkan serangan ke Ukraina.