Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengakui bahwa serangan udara Amerika Serikat (AS) telah menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas nuklir Teheran, khususnya di Fordow. Pengakuan ini diungkapkan dalam sebuah wawancara dengan CBS News.
Menurut Araghchi, tingkat kerusakan di Fordow sangat parah, meskipun evaluasi menyeluruh masih berlangsung. "Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi di Fordow. Namun, yang jelas fasilitas tersebut mengalami kerusakan serius," ujarnya. Fasilitas Fordow, yang terletak di area pegunungan dan sebagian besar berada di bawah tanah, menjadi target utama dalam serangan tersebut.
Organisasi Energi Atom Iran sedang melakukan penilaian mendalam terhadap kerusakan dan akan menyerahkan laporannya kepada pemerintah Iran.
Serangan AS, yang terjadi pada 21 Juni lalu, menyasar tiga fasilitas nuklir utama Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Isfahan. Presiden Donald Trump mengklaim bahwa serangan tersebut telah "sepenuhnya memusnahkan" program nuklir Iran. Namun, laporan intelijen awal dari Pentagon menunjukkan informasi yang berbeda.
Pejabat AS mengakui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menilai sepenuhnya kerusakan akibat serangan militer tersebut tidaklah singkat.
The Washington Post melaporkan bahwa komunikasi Iran yang disadap mengindikasikan adanya upaya untuk meremehkan dampak kerusakan yang disebabkan oleh serangan AS terhadap program nuklir Iran.
Pertempuran udara antara Iran dan Israel telah berakhir dengan gencatan senjata yang dimediasi oleh AS pada 24 Juni. Meskipun kedua negara saling menuduh melakukan pelanggaran, gencatan senjata sebagian besar dipatuhi.