Waspada! Ancaman Digital Mengintai, Kerugian Capai Ratusan Triliun Rupiah

Dunia digital kini dipenuhi bahaya laten yang semakin canggih. Pengguna internet perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Kerugian global akibat kejahatan siber diperkirakan mencapai US$9,5 triliun pada tahun 2024, setara dengan Rp153.929 triliun. Angka fantastis ini menempatkan kejahatan siber sebagai kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan China. Bahkan, proyeksi menunjukkan kerugian ini akan terus meningkat hingga US$10,5 triliun pada tahun 2025.

Kerugian tersebut meliputi kerusakan data, pencurian uang, penurunan produktivitas, perampasan kekayaan intelektual, kebocoran data pribadi, penipuan, gangguan operasional bisnis, investigasi forensik digital, pemulihan sistem yang diretas, kerusakan reputasi, biaya hukum, dan denda regulasi.

Beberapa ancaman digital yang diperkirakan meningkat di tahun mendatang adalah penipuan berbasis AI dan serangan terhadap platform populer seperti Gmail.

Jenis-Jenis Ancaman Digital yang Perlu Diwaspadai:

  1. Penipuan Berbasis AI:

    AI adalah alat yang serbaguna, namun rentan disalahgunakan. Salah satu contohnya adalah deepfake, di mana pelaku menggunakan video atau foto palsu untuk mencemarkan nama baik seseorang. Contohnya, kelompok penjahat siber mengirim email ancaman kepada pejabat dan eksekutif perusahaan, melampirkan video deepfake yang mencatut wajah korban, dan meminta tebusan dalam bentuk mata uang kripto.

    Selain itu, ada penipuan "pig butchering" versi AI yang meningkatkan skala serangan. Penipu membangun hubungan virtual dengan korban sebelum "menyembelih" mereka dengan skema investasi palsu. AI digunakan untuk mengirim pesan secara massal, membuat akun palsu yang meyakinkan, dan bahkan melakukan deepfake video call.

  2. Phishing:

    Phishing adalah upaya penipuan untuk mencuri informasi sensitif seperti kata sandi dan detail kartu kredit, dengan menyamar sebagai pihak yang terpercaya. Peluncuran produk populer sering kali dimanfaatkan sebagai umpan. Penipuan pre-order game atau alat hack palsu seringkali beredar.

    Model ekonomi berbasis langganan juga membuka celah penipuan baru. Platform tiruan yang menipu pengguna untuk memberikan informasi pribadi dan finansial, serta tawaran akses murah ke layanan berlangganan melalui sumber tidak resmi, menjadi ancaman nyata.

  3. Penipuan Gmail:

    Platform email populer seperti Gmail juga menjadi target. Penipuan yang menyasar platform ini semakin canggih dan sulit dikenali. Contohnya, upaya penipuan yang dialami oleh bos Instagram, Adam Mosseri, yang menerima permintaan perubahan kata sandi dari alamat email yang tampak kredibel.

    Penggunaan infrastruktur yang sah untuk melegitimasi email, formulir, dan situs web berbahaya menjadi tren yang mengkhawatirkan.

Scroll to Top