Pekan ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) diramaikan dengan kehadiran delapan perusahaan yang menawarkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO). Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), bagian dari kerajaan bisnis Prajogo Pangestu.
Semula, CDIA menjadwalkan masa penawaran umum pada 2-4 Juli 2025, namun kemudian memperpanjangnya menjadi 2-7 Juli 2025.
I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, menjelaskan bahwa penetapan periode penawaran umum merupakan keputusan strategis perusahaan. Regulasi yang berlaku, yaitu POJK 41/2020 tentang penawaran umum elektronik, menetapkan minimal 3 hari kerja dan maksimal 5 hari kerja. Pertimbangan perusahaan dalam menentukan jangka waktu penawaran umum dapat beragam, mulai dari target perolehan dana hingga kesepakatan dengan investor, terutama investor institusional.
Perusahaan yang bergerak di bidang logistik dan infrastruktur ekosistem TPIA ini menawarkan 12,48 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham. Dengan demikian, CDIA berpotensi meraih dana segar sebesar Rp2,37 triliun dari pasar modal.
Saham CDIA dijadwalkan untuk dicatatkan di BEI pada 9 Juli 2025, mengalami sedikit perubahan dari rencana awal pada 8 Juli 2025.
Seluruh dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan untuk memperkuat bisnis anak perusahaan. Sekitar Rp871,75 miliar akan dialokasikan kepada CSI dan MIM yang bergerak di pilar logistik. Sementara itu, Rp1,5 triliun akan dikucurkan kepada anak usaha di bidang pelabuhan dan penyimpanan, yaitu CSP, yang kemudian akan disalurkan kembali melalui penyertaan modal kepada CCP.
Sebelum IPO, komposisi pemegang saham CDIA terdiri dari Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebesar 66,67% dan Phoenix Power B.V. sebesar 33,33%. Langkah IPO ini menandai ekspansi strategis perusahaan yang dikendalikan oleh konglomerat Prajogo Pangestu.