Pasar keuangan Indonesia menunjukkan performa yang impresif pada hari Kamis (10/4/2025), dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS, dan obligasi pemerintah (SBN) menjadi incaran investor.
Kinerja positif ini diprediksi masih akan dipengaruhi oleh sentimen global pada hari Jumat (11/4/2025).
IHSG ditutup menguat 4,79% ke level 6.254,02, kembali menembus level 6.200. Nilai transaksi mencapai Rp15,55 triliun dengan melibatkan 22,74 miliar saham. Mayoritas saham, yaitu 553 saham, mengalami kenaikan, sementara 84 saham melemah, dan 160 saham stagnan. Meskipun demikian, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp751 miliar di seluruh pasar. Seluruh sektor mencatatkan kenaikan, dengan sektor Basic Industry memimpin dengan kenaikan 7,03%.
Sentimen positif ini didorong oleh kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang menunda pemberlakuan tarif selama 90 hari. Pasar keuangan Indonesia merespons positif keputusan ini, yang dianggap sebagai pembalikan arah dalam perang dagang yang telah mengguncang pasar global.
Namun, penundaan ini tidak berlaku untuk China, yang telah melakukan pembalasan dengan menaikkan tarif hingga 84%. Selain itu, tarif 10% secara menyeluruh tetap diberlakukan.
Di pasar mata uang, nilai tukar rupiah menguat 0,39% ke level Rp16.795/US$. Sementara itu, imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 1,46% menjadi 7,036%, mengindikasikan peningkatan minat investor terhadap obligasi pemerintah.
Di sisi lain, bursa saham Wall Street kembali mengalami penurunan pada hari Kamis (10/4/2025), dengan indeks S&P 500 turun 3,46%, Nasdaq Composite jatuh 4,31%, dan Dow Jones Industrial Average anjlok 2,5%. Saham-saham teknologi besar seperti Apple, Tesla, Nvidia, dan Meta Platforms juga mengalami penurunan signifikan.
Kekhawatiran investor terhadap dampak negatif perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi global menjadi faktor utama pelemahan Wall Street. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa total tarif terhadap China akan mencapai 145%, yang terdiri dari bea baru sebesar 125% ditambah dengan tarif 20% yang diberlakukan sebelumnya.
Investor global masih akan mencermati perkembangan situasi global, khususnya terkait hubungan AS dan China. Kenaikan tarif terhadap impor barang dari China menjadi 145% memicu ketidakpastian dan berpotensi berdampak negatif terhadap pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Tarif AS terhadap China Melonjak ke 145%
Fokus perang dagang Trump saat ini tertuju pada China. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa total tarif dasar terhadap China mencapai 145%, melampaui janji Trump saat kampanye yang sebesar 60%.
Investor Asing Melepas Saham Hampir Rp6 Triliun
Investor asing mencatatkan penjualan bersih selama tiga hari berturut-turut dengan total sebesar Rp5,72 triliun. Hal ini mengindikasikan potensi koreksi IHSG setelah kenaikan tajam.
Inflasi AS Melandai ke 2,4%
Tingkat inflasi tahunan di AS mereda menjadi 2,4% pada Maret 2025, level terendah sejak September. Inflasi inti juga melambat menjadi 2,8%. Dengan inflasi yang melandai, The Fed berpeluang memangkas suku bunga lebih besar di tahun ini, yang berdampak positif bagi rupiah. Pelaku pasar berekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 100 bps di tahun ini.
Rapat OJK Hari Ini
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menggelar konferensi pers terkait hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan Maret 2025, dengan fokus pada asesmen sektor keuangan dan kebijakan OJK. Langkah lanjutan OJK di tengah gejolak pasar akan menjadi perhatian investor.
Agenda dan rilis data hari ini meliputi konferensi pers RDK bulanan OJK, laju inflasi India dan Brasil, U.S. PPI, dan Fed Williams Speech. Sejumlah emiten juga akan mengumumkan agenda korporasi terkait RUPS dan pembayaran dividen.