NEW YORK CITY – Kontestasi pemilihan wali kota New York City (NYC) semakin memanas setelah mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melontarkan ancaman penangkapan terhadap salah satu kandidat, Zohran Mamdani. Mamdani, seorang politisi Muslim yang dikenal dengan pandangan progresifnya, menanggapi pernyataan kontroversial tersebut dengan menyoroti motif di balik serangan Trump.
Ancaman itu diungkapkan Trump saat berdiskusi tentang imigrasi di Florida. Ia menuding Mamdani masuk ke AS secara ilegal dan secara terbuka mendukung Eric Adams, wali kota petahana yang juga mencalonkan diri kembali. Trump menyatakan, jika Mamdani berusaha menghalangi aktivitas Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE) di NYC, pemerintah harus menangkapnya.
"Kita harus menangkapnya," tegas Trump, seraya menambahkan bahwa ia akan mengawasi Mamdani dengan ketat demi kepentingan negara.
Mamdani, seorang sosialis demokrat berusia 33 tahun, meyakini bahwa Trump menargetkannya sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian publik dari kebijakan-kebijakannya yang dinilai merugikan pekerja. Ia menegaskan tidak akan mundur dan akan terus melawan kelompok Republik.
"Kemarin, Donald Trump mengatakan saya harus ditangkap, dideportasi, dan dicabut kewarganegaraannya. Ia mengatakan itu tentang saya, seseorang yang berpotensi menjadi wali kota imigran pertama di kota ini dalam beberapa generasi, wali kota Muslim pertama, dan wali kota Asia Selatan pertama dalam sejarah kota ini," ujar Mamdani dalam sebuah rapat umum.
Ia menambahkan bahwa serangan itu bukan karena identitasnya, latar belakangnya, atau penampilannya, melainkan karena apa yang ia perjuangkan: hak-hak kaum pekerja.
Kemenangan mengejutkan Mamdani atas mantan Gubernur New York, Andrew Cuomo, dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat telah menjadikannya target kritik dari Partai Republik. Mereka berusaha mencitrakan Mamdani sebagai seorang ekstremis kiri yang tidak peduli pada pemilih.
Sejak saat itu, Trump berulang kali menyerang Mamdani dengan menyebutnya "komunis" dan "gila," serta mengomentari penampilannya.
Menanggapi serangan-serangan tersebut, Mamdani menyatakan bahwa Trump lebih memilih menyulut perpecahan daripada mengakui bagaimana ia telah mengkhianati kelas pekerja Amerika. Ia juga mengkritik rancangan undang-undang pajak dan pengeluaran Trump yang kontroversial, yang menurutnya akan merampas perawatan kesehatan dari warga Amerika dan mencuri makanan dari mereka yang kelaparan.