Mengapa Israel dan AS ‘Alergi’ Terhadap Situs Nuklir Bushehr di Iran?

Serangan besar-besaran yang diklaim Israel dan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, seperti Natanz, Isfahan, dan Arak, menjadi sorotan dunia. Bahkan, AS sesumbar bahwa Fordo telah ‘lenyap’, meski citra satelit menunjukkan fakta berbeda. Namun, ada satu situs nuklir yang jarang dibicarakan: Bushehr. Mengapa demikian?

Awalnya, seorang pejabat militer Israel sempat ‘keseleo lidah’ dan menyatakan bahwa Bushehr ikut diserang. Namun, pernyataan itu segera dikoreksi, dan fokus tetap pada Natanz, Isfahan, dan Arak. Ketika ditanya lebih lanjut tentang Bushehr, pejabat tersebut memilih untuk tidak berkomentar, menimbulkan tanda tanya besar.

Jawaban atas keengganan Israel dan AS menyerang Bushehr terletak pada keterlibatan Rusia di sana. Fasilitas Bushehr, dengan kapasitas 1.000 MW, dibangun oleh Rusia dan telah menjadi pusat program energi nuklir sipil Iran, dioperasikan dengan kerjasama Rosatom, badan nuklir milik negara Rusia. Bahkan, Rusia baru-baru ini memenangkan kontrak untuk membangun delapan pembangkit listrik tenaga nuklir tambahan di Iran, empat di antaranya akan berlokasi di Bushehr.

Kehadiran Rusia sebagai ‘penjaga’ Bushehr diduga kuat menjadi faktor utama mengapa situs ini jarang disebut dalam pemberitaan Israel.

Selain faktor geopolitik, ada alasan lain mengapa Bushehr ‘aman’ dari serangan. Menurut seorang mantan pejabat intelijen AL di IDF, Dr. Eyal Pinko, Bushehr adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), bukan situs pengayaan uranium.

Lebih lanjut, Bushehr terletak hanya sekitar 20 kilometer dari garis pantai Uni Emirat Arab, yang menimbulkan kekhawatiran regional mengenai potensi kecelakaan nuklir. Risiko radiasi lintas batas ini tentu menjadi pertimbangan penting dalam kalkulasi militer.

Dengan demikian, kombinasi antara keterlibatan Rusia dan status Bushehr sebagai PLTN, serta lokasinya yang dekat dengan negara tetangga, menjelaskan mengapa situs ini relatif ‘kebal’ dari serangan yang diklaim Israel dan AS.

Scroll to Top