Bondowoso kini menghadapi ancaman serius penyakit leptospirosis. Dinas Kesehatan mencatat peningkatan kasus hingga 14 infeksi pada Rabu, 3 Juli 2025. Sayangnya, dua pasien meninggal dunia akibat penanganan medis yang terlambat.
Leptospirosis, penyakit zoonosis berbahaya yang disebarkan melalui urine tikus, menjadi perhatian utama pemerintah daerah. Kasus ini tersebar di berbagai kecamatan.
Gejala awal leptospirosis seringkali menyerupai penyakit umum seperti demam, mual, tubuh menguning, dan nyeri betis, sehingga diagnosis awal seringkali sulit.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Bondowoso mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan kasus leptospirosis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, menandakan perlunya kewaspadaan tinggi.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyebar melalui air yang terkontaminasi urine tikus. Lingkungan yang kotor, genangan air saat musim hujan, dan kurangnya kesadaran sanitasi menjadi faktor pemicu utama penularan.
Gejala biasanya muncul dalam lima hari hingga dua minggu setelah terinfeksi. Jika tidak segera ditangani, kondisi pasien dapat memburuk dan menyebabkan kematian. Dua kasus kematian yang terjadi disebabkan oleh keterlambatan penanganan medis.
Sebagai langkah antisipasi, Dinkes Bondowoso telah berkoordinasi dengan seluruh puskesmas untuk meningkatkan kewaspadaan. Petugas kesehatan, terutama yang menangani program penyakit menular, telah diberikan pelatihan ulang untuk mengenali tanda-tanda awal leptospirosis.
Tujuannya adalah deteksi dini agar pasien dapat segera dirujuk dan ditangani, sehingga meningkatkan peluang kesembuhan. Penting untuk diingat bahwa leptospirosis tidak menular antar manusia dan kasus biasanya meningkat saat musim hujan atau pascabanjir.
Berikut data kasus leptospirosis dalam empat tahun terakhir di Bondowoso:
- 2022: 3 kasus, semua sembuh
- 2023: 1 kasus, meninggal dunia (menolak dirawat)
- 2024: 11 kasus, semua sembuh
- 2025: 14 kasus, 2 meninggal dunia